Senin, 09 Maret 2009

pengolahan biji karet & bonggol pisang

PENGOLAHAN BIJI KARET MENJADI MAKANAN
DAN
PENGOLAHAN BONGGOL PISANG MENJADI KERIPIK

I.1. Tujuan pengolahan biji karet :
Untuk mengetahui manfaat dari biji karet yang dibuat untuk dimnfaatkan menjadi bahan makanan
I.2. Tujuan pengolahan bonggol pisang
Mahasisiwa dapat melakukan pengujian dan pemanfaatan bonggol pisang yang selama ini bonggol pisang dianggap tidak dapat dimanfaatkan.

Dasar teori

1. Bunga dan buah
Tanaman Karet adalah tanaman berumah satu ( monoecus ). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang.
Pohon karet mulai berbunga pada umur kurang lebih tujuh tahun, dan bahkan untuk keperluan penenlitian dan pemuliaan telah dicoba untuk merangsang terjadinya pembungaan pada umur kurang lebih lima tahun. Dalam pertumbuhan karet diketahui bahwa menjelang berakhirnya musim hujan daun-daunnya mulai berguguran. Masa gugur daun tidak terjadi secara bersamaan, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya jenis klon dan keadaan iklim setempat.
Penyerbukan bunga karet dapat berlangsung secara sendiri maupun bersilang. Penyerbukan silang terjadi dengan bantuan serangga seperti jenis-jenis nitudulidae, Phloeridae, Curculionidae, jenis-jenis lalat dan tabuhan kecil.
Proses pemasakan buah berlangsung selama 5-6 bulan. Musim panen biji berlangsung pendek, hanya sekitar 1,5 bulan. Sedangkan daya kecambah biji sangat cepat berkurang, terutama bila penanganannya kurang baik. Berdasarkan proses pembuahannya, pada karet dikenal tiga golongan biji, yaitu biji legitim, prope-legitim dan illegitim.

2. Kebun Induk Biji
Pohon induk biji adalah tanaman karet yang berasal dari klon tertentu yang berfungsi sebagai pohon penghasil biji yang akan dijadikan benih.
Biji yang dihasilkan oleh kebun induk biji klon ( clonal seeds ). Kebun induk biji dapat berupa kebun induk monoklon, biklon, polyklon.
Dalam memilih pohon induk biji perlu diperhatikan
a. Jenis klon
b. Macam kebun induknya ( monoklon, biklon, polyklon )
c. Bentuk pohonnya ( batang dan mahkotanya ), yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut
• Bentuk batang baik (lurus, dapat mempertahankan terpeliharanya batang utamanya )
• Percabangan baik
• Bentuk dan keadaan mahkota baik
• Tumbuh subur, sehat dan bebas dari gangguan hama/penyakit
d. Pembangaan dan pembuahannya lebat.


3. Benih
Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif ( menggunakan klon ). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk penyediaan batang bagian bawahharus sungguh-sungguh baik.
Penyediaan benih karet dikenal ada beberapa biji klon. Biji-biji ini umumnya berasal dari kebun induk biji. Biji klon yang digunakan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a. Biji legitim ( legitim seeds )
Biji legitim adalah biji yang diperoleh dari kebun induk yang proses penyerbukannya diketahui secara pasti dari mana tepung sari ini berasal.biji legitim dapat diperoleh dari :
• Kebun induk monoklon
Bila pada kebun induk biji yang terdapat satu jenis klon, maka penyerbukan yang berlangsung antara bunga betina dan bunga jantan keduanya berasal dari klon yang sama. Kebun induk yang terdiri dari hanya klon LCB 1320 misalnya, akan menghasilkan biji LCB 1320 legitim.

• Hasil penyerbukan buatan
Bila dalam penyerbukan bunga betina LCB 1320 sengaja mendapat tepung sari dari bunga jantan PR 228 dengan penyerbukan cara buatan, maka biji yang dihasilkan pada pohon LCB 1320 adalah biji legitim. Cara ini dilaksanakan pada usaha pemuliaan karet.

b. Biji prope-legitim ( prope legitimate seed )
Biji prope-legitim diperoleh dari kebun induk biji yang pohon induknya diketahui secara pasti,akan tetapi pohon bapaknya hanya dikira-kira saja, yaitu klon-klon yang berbunga pada saat yang bersamaan dan letaknya berdekatan dengan pohon induknya


c. Biji illegitim ( illegitimate seed )
Biji illegitim diperoleh dari pohon induk tertentu yang diketahui sifat-sifatnya, akan tetapi tumbuhnya tercampur dengan berbagai jenis klon lainnya yang dapat menyerbuki klon tertentu .

Dalam penyediaan biji untuk batang bawah, yang terbaik adalah legitim dan prope-legitim. Pemakaian biji illegitim untuk keperluan batang bawah hanya dapat dibenarkan bila keperluan bibit sangat banyak, yang tidak dapat dicukupi oleh kedua biji tersebut.

Pisang bisa disebut buah kehidupan. Kandungan kalium buah ini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak.
Kalau darah, jantung, dan otak terganggu, bukankah kehidupan manusia terancam ?
Manusia telah mengonsumsi pisang sejak zaman dahulu kala. Kata pisang berasal dari bahasa Arab, yaitu maus yang oleh Linneus dimasukkan ke dalam keluarga Musaceae, untuk memberikan penghargaan kepada Antonius Musa, dokter pribadi kaisar Romawi (Octaviani Agustinus) yang menganjurkan untuk memakan pisang. Itulah sebabnya dalam bahasa Latin, pisang disebut Musa paradisiacal.
Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama Islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis. Negara-negara penghasil pisang yang terkenal di antaranya Brasil, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Meksiko, Venezuela, dan Hawai. Indonesia merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia.
Di Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena sekitar 50 persen produksi pisang Asia berasal dari Indonesia. Sentra produksi pisang di Indonesia adalah Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta, Serang), Jawa Tengah (Demak, Pati, Banyumas, Sidorejo, Kesugihan, Kutosari, Pringsurat, Pemalang), Jawa Timur (Banyuwangi, Malang), Sumatera Utara (Padangsidempuan, Natal, Samosir, Tarutung), Sumatera Barat (Sungyang, Baso, Pasaman), Sumatera Selatan (Tebing Tinggi, OKI, OKU, Baturaja), Lampung (Kayu Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Tanaman Serbaguna
Pisang telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia, terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai perlambang dalam berbagai upacara adat.
Pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Dengan cara itulah pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk memberikan manfaat kepada manusia. Filosofi tersebutlah yang mendasari penggunaan pohon pisang sebagai simbol niat luhur pada upacara pernikahan.
Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.
Pisang tidak mengenal musim panen, dapat berbuah setiap saat. Hasilnya dapat mencapai 1-17 sisir setiap tandan atau 4-40 kg per tandan, tergantung jenisnya. Dalam satu tandan pisang tanduk terdapat 1-7 sisir, sedangkan pisang ambon 7-17 sisir. Buahnya dapat dimakan langsung atau diolah terlebih dahulu.
Pasar pisang di dalam negeri sangat baik karena hampir semua masyarakat kita mengonsumsi pisang. Umumnya masyarakat menginginkan pisang yang rasanya manis atau manis sedikit asam, serta beraroma harum. Di pasaran, pisang dijual dengan berbagai tingkatan mutu, dengan harga yang sangat bervariasi satu sama lain.
Selain buahnya, tanaman pisang juga dapat dimanfaatkan dari bagian bonggol hingga daunnya. Bonggol tanaman pisang (berupa umbi batang) dan batang muda dapat diolah menjadi sayuran. Bunga pisang (dikenal sebagai jantung pisang) dapat digunakan untuk sayur, manisan, acar, maupun lalapan. Daunnya dapat memberikan rasa harum spesifik pada nasi yang dibungkus dalam keadaan panas.
Jenis Pisang
Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas tiga macam, yaitu pisang serat, pisang hias dan pisang buah.
Pada pisang serat (Musa textilis), yang dimanfaatkan bukan buahnya, tetapi serat batangnya untuk pembuatan tekstil. Pisang hias umunmya ditanam bukan untuk diambil buahnya tetapi sebagal hiasan yang cantik, contohnya pisang kipas dan pisang-pisangan.
Pisang buah (Musa paradisiaca) ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya. Pisang buah dapat dibedakan atas empat golongan. Pertama, dapat dimakan langsung setelah matang (disebut juga pisang meja). Contohnya pisang kepok, susu, hijau, mas, raja, ambon kuning, ambon lumut, barangan, serta cavendish.
Kedua, dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, contohnya tanduk, oli, kapas, dan bangkahulu. Ketiga, dapat dimakan langsung setelah masak maupun setelah diolah terlebih dahulu, contohnya kepok dan raja.
Keempat, dapat dimakan sewaktu masih mentah, misalnya pisang klutuk (pisang batu) yang berasa sepat dan enak untuk dibuat rujak. Pisang klutuk beserta kulitnya sering ditambahkan ke dalam rujak untuk mencegah sakit perut atau mulas setelah makan rujak.
Di Indonesia, terdapat lebih dari 230 jenis pisang. Namun, yang biasa dijual di pasaran dan umum dikonsumsi adalah barangan, raja, raja sereh, raja uli, rajajambe, raja molo, raja kul, raja tahun, raja bulu, kepok, tanduk, mas, ambon lumut, ambon kuning, nangka, kapas, kidang, lampung, dan pisang tongkat langit.
Pisang matang merupakan buah yang mudah busuk karena kadar airnya yang cukup tinggi. Untuk memperpanjang daya awet dan daya gunanya, buah pisang dapat diolah menjadi berbagai produk.
Buah pisang mentah dapat diolah menjadi gaplek, tepung, pati, sirop glukosa, tape, dan keripik. Buah pisang matang dapat diolah menjadi sale, selai, dodol, sari buah, anggur, pure, saus, nectar, pisang goreng, pisang epe, pisang rebus, kolak, getuk, ledre, pisang panggang keju, serta aneka kue lainnya.
METODE KERJA
ALAT
A. A.1. Alat yang digunakan dalam pengolahan biji karet
- Baskom
- Pisau
- Kayu untuk memecahkan biji karet
- Timbangan
- Wajan
- Pengaduk
- kompor

A.2. Alat yang digunakan dalam pengolahan bonggol pisang
- baskom
- pisau
- timbangan
- wajan
- pengaduk
- kompor

BAHAN
B. B.1. bahan yang digunakan dalam pengolahan biji karet
- Air gallon
- Garam
- Biji karet
- Minyak goreng
B.2. bahan yang digunakan dalam pengolahan biji pisang
- bonggol pisang
- garam
- kapur
- minyak goreng
- air gallon

PROSEDUR KERJA
A. Prosedur kerja pengolahan biji karet
1. Disiapkan biji karet 2 kg kemudian dikupas kulit kerasnya dengan hati – hati agar jangan sampai daging buah menjadi rusak.
2. Dibelah daging buah menjadi dua bagian
3. Direndam dalam air garam selama 1 hari kemudian ditiriskan
4. Dikupas kulit ari pada daging biji karet
5. Dipanaskan daging biji karet didalam cabinet dryer selama 15 menit
6. Digoreng biji karet hingga matang

B. Prosedur kerja pengolahan bonggol pisang
1. Bonggol pisang dipotong kemudian dicuci bersih
2. Diiris tipis bonggol pisang sesuai dengan yang diinginkan
3. Ditimbang sebanyak 2 kg
4. Direndam dengan air kapur selama 10 menit kemudian ditiriskan
5. Direndam dengan air garam selama 10 menit kemudian ditiriskan
6. Direndam dengan air gallon dibiarkan selama 1 hari
7. Ditiriskan kemudian dipanaskan didalam cabinet dryer selama ½ jam
8. Digoreng hingga matang

HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pengolahan biji karet dan pengolahan bonggol pisang

SAMPEL HASIL PENGAMATAN
RASA WARNA AROMA
1. Biji karet pahit Kuning kehitaman Khas karet
2. Bonggol pisang Khas bonggol pisang Kuning keputihan Khas bonggol pisang

PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada biji karet pada awalnya biji karet setelah dikupas kulit kerasnya kemudian direndam dengan larutan garam yang bertujuan untuk menghilangkan racun yang terdapat pada daging biji karet tersebut yang dapat menyebabkan pusing atau dapat juga mengakibatkan keracunan. Daging biji karet dikupas kulit arinya dengan tujuan untuk menhilangkan rasa pahit yang terdapat pada biji karet. Biji karet dipanaskan pada cabinet dryer dengan tujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada daging biji karet tersebut. Setelah melewati proses penggorengan dan dinyatakan telah matang rasa biji karet pahit hal ini kemungkinan proses perendaman daging biji karet dengan larutan garam kurang lama sehingga racun yang terdapat pada daging biji karet belum terbuang semua dan hal inilah yang menyebabkan biji karet menjadi pahit. Kemungkinan juga kulit ari yang terdapat pada daging biji karet belum terbuang semua sehingga daging biji karet terasa pahit.
Pada hasil pengamatan pengolahan bonggol pisang pada prosesnya irisan bonggol pisang direndam dengan larutan kapur dengan tujuan untuk melunakkan bonggol pisang dan menghilangkan getah yang masih terdapat pada irisan bonggol pisang tersebut. Kemudian irisan bonggol pisang direndam dengan larutan garam yang bertujuan untuk melarutkan larutan kapur hasil rendaman pertama dan juga melarutkan getah n zat – zat yang dapat membahayakan manusia. Irisan bonggol pisang direndam lagi dengan air gallon selama 1 hari dengan tujuan untuk melunakkan irisan bonggol pisang dan melarutkan zat – zat yang berbahaya. Kemudian irisan bonggol pisang dipanaskan didalam cabinet dryer dengan tujuan menguapkan air yang terkandung didalamnya. Setelah itu kemudian irisan bonggol pisang digoreng dengan penambahan bumbu sebagai penyedap rasa dan jadilah keripik bonggol pisang yang siap dikonsumsi dan aman untuk dikonsumsi.
Dari hasil pengamatan pada pengolahan biji karet dan pengolahan bonggol pisang diketahui bahwa ternyata biji karet dapat dijadikan sebagai bahan pangan dan buhkan dengan diolahnya biji karet menjadi bahan pangan berarti biji karet dapat dikomersilkan dan bercitarasa tinggi. Demikian halnya dengan bonggol pisang, bonggol pisang yang semula dianggap tidak berguna dan dibiarkan begitu saja hingga membusuk dan menjadi pupuk untuk tanaman lainnya dengan adanya pengolahan bonggol pisang menjadi keripik bonggol pisang hal ini berarti bonggol pisang dapat dimanfaatkan dan dapat dikonsumsi layaknya bahan pangan lainnya. Sejauh ini telah diketahui bahwa pohon pisang maupun buahnya sangat baik untuk kesehatan dan mengandung kalium yang tinggi yang mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak.


KESIMPULAN
1. Perendaman larutan garam pada pengolahan biji karet bertujuan untuk menghilangkan racun yang terkandung didalamnya
2. Rasa pahit pada biji karet diakibatkan perendaman dengan larutan garam kurang lama dan kulit ari pada daging biji karet yang masih tersisa
3. Biji karet dapat dikonsumsi dengan aman dengan pengolahan yang baik
4. Perendaman dengan larutan kapur pada irisan bonggol pisang bertujuan untuk menghilangkan getah dan melunakkan irisan bonggol pisang
5. Perendaman dengan larutan garam pada bonggol pisang bertujuan melarutkan zat – zat yang berbahaya bagi manusia
6. Bonggol pisang mengandung kalium yang tinggi yang mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak
7. Biji karet dan bonggol pisang dapat dikonsumsi dan bergizi













DAFTAR PUSTAKA
(http://id.wikipedia.org/wiki/tanaman karet )
(http://id.wikipedia.org/wiki/tanaman pisang )

Sabtu, 21 Februari 2009

material balance pada proses produksi kelapa sawit

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia, melainkan berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama kali sebagai sentra plasma nuftah pada tahun 1848, yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Hasil dari tanaman yang telah tumbuh dibawa ke Deli (Sumatra Utara). Pada tahun 1869 kelapa sawit ditanam di Muara Enim (Sumatra Selatan) dan pada tahun 1878 di tanam di Muara Hulu serta pada tahun 1890 ditanam di Belitung.
Kebun industri kelapa sawit pertama kali dibuka pada tahun 1911 di tanah itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultur dan di pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatera – RCMA, kemudian oleh Seumadam Cultur Mij, dll. Sampai tahun 1915 baru mencakup areal seluas 2.715 Ha, yang ditanam bersamaan dengan tanaman lain seperti kopi, kelapa, karet dan tembakau.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis.j.) merupakan salah satu tanaman pengahasil minyak yang mempuyai prospek cukup cerah dimasa mendatang. Potensi yang dimiliki oleh tanaman ini adalah pada keanekaragaman kegunaan minyak dari kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan mentah dalam industri pangan maupun non pangan.
Di Indonesia kelapa sawit sangat penting dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, karena digunakan sebagai komoditas andalan untuk ekspor maupun komoditi yang nantinya dapat diharapkan meningkatkan pendapatan atau menghasilkan devisa bagi negara, meningkatkan harkat petani perkebunan dan dapat juga memperluas lapangan pekerjaan yang mengurangi angka penganguran.
Khususnya di Kalimantan hanya dapat mengolah Tandan Buah Segar (TBS) dari tanaman kelapa sawit menjadi mnyak mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan kernel, sehingga masih belum dapat diberikan nilai tambah bagi perusahaan. Dari mutu hasil pengolahan tandan buah segar juga belum memuaskan, sehingga masih diperlukan SDM yang mampu menghasilkan suatu produk yang mempuyai mutu baik. Untuk itu sangat butuhkan strategi dalam pengembagan industri kelapa sawit dimasa yang akan datang yang memacu pada penganekaragaman dari tanaman kelapa sawit serta dapat bersaing secara baik secara nasional maupun internasional. (Aldin, V. Lubis, November 1992. “Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia Marihat – Bandar Kuala”, Pematang Siantar – Sumatera Utara).
Di Kalimantan Barat merupakan daerah yang sangat cukup luas untuk perkembangan dan industri kelapa sawit, karena di Kalimantan Barat memiliki sumber daya alam yang memadai dan didukung oleh SDM yang dimiliki serta areal perkebunan maupun keanekaragaman produk jadi yang dapat dipasarkan dan dapat menghasilkan nilai tambah yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengolahan TBS sampai menjadi minyak mentah (CPO) dan kernel.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Sanggau yang telah dimulai sejak tahun 1979, kini telah memasuki masa 27 tahun. Bahwa untuk pelaksanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit tersebut, mempergunakan tanah - tanah adat masyarakat adat baik berupa hak ulayat maupun tanah - tanah kelola yang digarap secara turun - temurun.
Berdasarkan data tahun 2005, luas areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Sanggau telah mencapai 131,148.64 hektar, yang terdiri dari perusahaan besar milik negara seluas 20,512.60 hektar, perusahaan swasta nasional 30,453.40 hektar, dan perusahaan swasta asing 21,999.30 hektar. Sedangkan luas kebun petani plasma kelapa sawit mencapai 77,383.30 hektar.
Pada tahun 2004 produksi kelapa sawit mencapai 1,059,335.104 ton dari total 119,617.90 hektar tanaman kelapa sawit produktif. Petani plasma berkontribusi terhadap produksi kebun sebesar 197,345.03 ton CPO per tahun. Produktifitas kebun plasma per tahun berkisar 11,56 ton CPO per hektar. Produktifitas perkebunan kelapa sawit milik pemerintah, perusahaan swasta nasional dan perusahaan swasta asing mencapai 13,046 ton CPO per hektar per tahun.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit telah berperan membantu meningkatkan penghasilan masyarakat khususnya yang terlibat dalam kemitraan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
(http://spkskalbar.blogspot.com/2007/06/deklarasi-serikat-petani.html)
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah:
1.Agar dapat mengetahui proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan kernel (inti) di PTPN XIII PMS Rimba Belian.
2.Memberikan kesempatan bagi mahasiswa agar nantinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.
3.Dapat menerapkan teori yang telah didapat pada perkuliahan kelapangan sehingga dapat memahami proses yang terjadi dalam pengolahan kelapa sawit.
4.Dapat membekali mahasiswa dengan pengalaman dan keterampilan di dalam dunia kerja yang dapat bermanfaat setelah terjun ke masyarakat.














BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Dalam usaha untuk memanfaatkan lahan kritis di daerah Kalimantan Barat, maka pada tahun 1975 Gubernur Tingkat I Propinsi Kalimantan Barat mengusulkan kepada Depertemen Pertanian agar melakukan survey untuk mengetahui kemungkinan pembukaan lahan kelapa sawit di daerah Kalimantan Barat. Surat Gubernur nomor 01/A-1/X/13 tanggal 22 April 1975 ditanggapi oleh Surat dari Menteri Pertanian no.210/Mentan/111/1978 tanggal 10 Maret tentang penugasan survey dan studi kelayakan di Kalimantan Barat.
Pada tahun 1978 Menteri Pertanian telah menugaskan PTP VII untuk mengadakan survey serta untuk studi kelayakan usaha perkebunan besar dengan komoditi kelapa sawit di Kalimantan Barat. Pada bulan Juni / Juli 1978 PTP VII telah melakukan survey pada wilayah Landak, Parindu, Meliau, Sekadau. Bersasarkan survey tersebut dibuat studi kelayakan proyek seluas 30.000 Ha tanaman dengan lokasi yang dipilih yaitu Kecamatan Parindu dan Meliau di Kabupaten Sanggau.
Berdasarkan Surat no.267/Mentan/IV/1981 maka dilakukanlah pembagunan pabrik minyak kalapa sawit yang dirancang pada tahun 2002 dan peresmian pada tahun 2004.
Peresmian untuk pengoperasian pada tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 25 Febuari 2004 dengan kapasitas 30 tonTBS/Jam. Adapun alasan dirikannya PMS Rimba Belian, karena PMS Parindu dan PMS Gunung Meliau tidak dapat menampung buah, sedangkan PMS Ngabang letaknya terlalu jauh, sehingga biaya yang keluarkan terlalu tinggi.

2.2 Deskripsi Geografis dan Administratif.
PMS Rimba Belian terletak di desa Semerangkai Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat. Adapun dasar pemilihan lokasi pabrik:
1. Pembagunan dilakukan di dekat Sungai Kapuas sehingga memudahkan dalam proses pengolahan dengan tersedianya air dan proses pengangkutan hasil produksi untuk tahap pengiriman.
2. Pemamfaatan lahan kritis yang jumlanya beribu ribu hektar sehingga dapat menambah pendapatan atau devisa bagi daerah.
3. Bahan baku olah yang berupa Tandan BRimba uah Segar diperoleh dari kebun Gunung Meliau, Sungai Dekan, RimbaBelian, dan Gunung Mas.
4. Lahan pabrik cukup tinggi di atas bukit sehingga aman dari bahaya banjir.

2.3 Struktur Organisasi PMS Rimba Belian.
Gambar 1. Struktur Organisasi PMS Rimba Belian








2.4 Pengaturan Kerja
Menurut Jam Kerja Karyawan PMS Rimba Belian terdiri dari karyawan shift dan karyawan harian. Karyawan shift siang dan shift malam adalah karyawan pengolahan berjumlah 56 orang, 29 orang shift siang dan 27 orang shift malam. Karyawan harian (pelaksana) berjumlah 64 orang, karyawan harian (pimpinan) berjumlah 9 orang. Jadwal kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel.1.
Tabel 1 Jadwal Kerja Karyawan PMS Rimba Belian
Hari Karyawan Masuk Istirahat Keluar
Senin s/d Sabtu Shift siang
Shift malam 07.00
18.00 12.00 - 13.00
24.00 – 01.00 18.00
07.00
Senin s/d kamis Harian
harian 07.00
07.00 11.00 – 13.00
11.00 – 13.00 18.00
18.00
Jum’at Harian 07.00 11.00 – 13.30 16.00
Sabtu Harian 07.00 Tanpa istirahat 13.00

2.5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Staf tenaga kerja dan karyawan PMS Rimba Belian bertempat tinggal di perumahan yang telah disediakan oleh pihak PMS Rimba Belian. Perumahan yang ditempati tidak jauh dari lokasi pabrik.
Demi kesejahteraan para karyawannya PMS Rimba Belian menyediakan beberapa prasarana yaitu surau, gereja, poliklinik, lapangan olahraga ( bola volley, bola kaki dan tenis ), sedangkan untuk jaminan kerja/jasa para karyawannya juga diberikan beberapa tunjangan yang terdiri dari asuransi tenaga kerja ( ASTEK ), uang pensiun, cuti tahunan dan cuti panjang.


2.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Salah satu program di PMS Rimba Belian adalah K3 Keselamatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja. Di dalam melakukan pekerjaan yang terpenting adalah keselamatan dimana setiap tempat kerja merupakan tempat yang berbahaya, untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan terhadap tenaga kerja. Sasaran K3 adalah untuk menjaga tanaga kerja selalu aman dan sehat, mengamankn sumber produksi dan agar proses produksi berjalan lancar disetiap stasiun. Salah satu contoh dari penerapan K3, karyawan pengolahan harus menggunakan sepatu boot dan mengenakan sarung tangan. Tujuan mengenakan sepatu boot adalah untuk mencegah agar karyawan tidak jatuh dikarenakan lantai licin. Sarung tangan dikenakan bertujuan untuk melindungi tangan agar tidak terluka. Perlindungan tenaga kerja di PMS Rimba Belian berupa Ansuransi Tenaga Kerja (ASTEK).











BAB III
PROSES PRODUKSI

3.1 Bahan Baku
Bahan Baku adalah salah satu unsur proses produksi, yang diolah melalui proses untuk dijadikan produk. Bahan baku yang baik memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hasil produk yang baik bila di proses dengan benar. Karenanya selain mutu yang baik pada bahan baku diperlukan lagi persyaratan yang lain untuk mendapatkan hasil pengolahan yang baik yaitu jumlah yang cukup dan waktu yang tepat. Dengan demikian dapat kita lihat persyaratan bahan baku yang harus dipenuhi adalah :
1. Memenuhi persyaratan mutu
2. Volume yang mencukupi terhadap kapasitas pabrik
3. Waktu yang tepat tiba dipabrik
Bila salah satu persyaratan diatas tidak dipenuhi maka efisiensi dan efektifitas menjadi tidak terwujud seperti yang diharapkan.
Bahan baku utama didalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi minyak mentah (CPO) adalah berupa tandan buah segar (TBS). Tandan buah segar itu sendiri adalah tandan buah normal tanaman Elaeis guineensis.j. yang diterima pabrik
Maksimum 24 jam setelah dipotong dengan batasan waktu selambat – lambatnya tiba di loading ramp. Dalam proses produksinya akan menghasilkan produk utama yaitu minyak mentah (CPO) dan kernel. Disamping itu juga mengasilkan ampas (fibre) dan cangkang yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, tandan kosong digunakan sebagai pupuk untuk penyubur tanaman kelapa sawit itu sendiri serta untuk tanaman lain juga dalam limbah cair



3.1.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku utama di PMS Rimba Belian untuk proses pengolahan atau produksinya adalah Tandan Buah Segar (TBS) yang berasal dari perkebunan Gunung Meliau, Sungai Dekan, Gunung Emas (perkebunan inti), KUD Pangusuma. Di PMS Rimba Belian menerima tandan buah segar (TBS) sekitar ±400 ton/ hari dan ±800 ton / hari pada waktu panen puncak. Penilaian tarhadap mutu dari TBS didasarkan pada standar produksi tandan.

Tabel 2 Derajat Kemantangan Buah
No Kematangan Fraksi Jumlah brondolan Keterangan
1

2


3


Mentah

Matang


Lewat matang 00
0
1
2
3
4
5 Tidak ada yang berwarana hitam
1-12,5% buah luar membrondol
12.5%-25% buah luar membrondol
25%-50% buah luar membrondol
50%-75% buah luar membrondol
75%-100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol,ada yang busuk. Sangat mentah
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat matang I
Lewat matang II

3.1.2 Bahan Baku Pembantu
Bahan baku pembantu dalam proses pengolahan produksi minyak mentah (CPO) adalah Raw Water atau air pengolahan yang mengunakan bahan kimia separti Tawas/Alumunium Sulfat (12.040 gr/ton TBS), soda Ash (60gr/ton TBS), koporit (1-2 gr/ton TBS), serta kebutuhan air/ton TBS (1,20 – 1.50 m2).
Dalam pengolahan air yang digunakan bersatu 80 – 90oC yang tujuannya untuk menurunkan viskositas minyak, sedangkan steam yang berasal dari stasiun pembangkit tenaga uap yaitu berupa uap kering yang dapat menggerakan alat- alat yang digunakan dalam proses pengolahan.
3.2 Proses Pengolahan CPO
Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak mentah (CPO) dan inti (kernel) pada PMS Rimba Belian dibagi menjadi beberapa stasiun, yaitu sebagai berikut :
3.2.1 Penanganan Bahan Baku
Penentuan minyak mentah (CPO) lebih ditentukan pada saat pemanenan TBS diperkebunan, karena pada waktu pemanenan, ALB sudah terbentuk dengan terdapatnya cacat pada TBS karena adanya enzim lipase dan terjadinya oksidasi.
Oleh karena itu TBS yang telah dipanen harus diolah sehingga dapat menurunkan kadar ALB. Untuk menghindarkan peningkatan ALB, proses pengolahan terhadap TBS diharapkan harus dilakukan dengan cepat jangan sampai TBS yang ada menginap lebih dari 24 jam.
TBS yang sudah diterima di pabrik, sebelumnya ditimbang di jembatan penimbang. Di PMS Rimba Belian jembatan penimbang mempunyai kapasitas 40 ton. Tujuan dari penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah TBS yang masuk ke pabrik. Berat TBS yang akan diolah dapat diketahui melalui perhitungan berat bruto (berat kotor = berat truk + TBS) dikurangi berat tarra (berat truk kosong), maka didapatkan hasil netto (berat bersih / berat TBS). Selain untuk mengetahui berat TBS, penimbangan juga untuk mengetahui produksi perkebunan, pembayaran upah dan perhitungan rendemen minyak sawit.
3.2.2 Sortasi dan Grading Bahan Baku
TBS yang telah ditimbang pada jembatan timbang kemudian dibawa ke stasiun penerimaan buah untuk disortasi. Sortasi dilakukan untuk mengetahui mutu TBS yang masuk dengan cara menghitung jumlah fraksi yang telah ditentukan yaitu fraksi 00,0, 1, 2, 3, 4 dan 5 serta untuk mengetahui tingkat kematangan buah. Sortasi buah dilakukan untuk mengontrol, mengawasi dan memeriksa TBS yang diterima oleh pabrik. Dari sortasi yang dilakukan rata – rata fraksi yang paling banyak adalah fraksi 3, 4 dan fraksi 5 (lewat matang akibat terjadinya penimbuanan buah). Pada dasarnya pengolahan TBS yang diinginkan adalah TBS dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal.
Setelah dilakukan sortasi kemudian buah dimasukkan kedalam loading ramp untuk selanjutnya dimasukkan kedalam lori. Loading ramp adalah tempat penimbunan sementara dan tempat pemindahan TBS ke lori. Loading ramp di PMS Rimba Belian memiliki derajat kemiringan 30 derajat. Loading ramp yang digunakan sebanyak 20 pintu, yang dioperasikan dengan sistem motor hidroulik.
3.2.3 Perebusan (Sterillizer)
Lori yang telah berisi penuh oleh Tanaman Buah Segar (Kapasitas maksimal 3.5 ton) ditarik dengan mengunakan tracklier (tali kaat / sling) yang dihubungkan dengan tenaga listrik menuju kabel rebusan (strilizer). Strilizer yang digunakan di PMS Rimba Belian berjumlah 2 buah, dimana 1 buah strilizer dapat memuat 9 lori (25 ton) yang berarti 2 strilizer adalah 2,8 – 3 kg/cm2 dengan suhu normal 120 – 1400C, serta siklus perebusan yang baik antara 100 – 120 menit.
Selama proses perebusan berlangsung, untuk menaikan tekanan tinggi menjadi 3 tahap yaitu 5 menit sebelum tekanan pertama dinaikan (steam masuk /1,5 kg/cm2) udara yang ada di sterilizer di buang, kemudian sebelum 10 menit tekanan kedua (2.0 kg/cm2) air kondensat didalam sterilizer dibuang, dan sebelum 15 menit tekanan ketiga di naikkan (72,3 kg/cm2) air kondensat dan steam dibuang agar tidak terjadi penyemburan steam pada waktu pembukaan pintu strilizer (pengeluaran buah). Adapun tujuan pembuangan air kondensat dan steam agar TBS yang direbus masak dengan sempurna / merata.
Pola perebusan yang umumnya digunakan ada dua yaitu: double peak/dua puncak (85 – 95 menit) dan triple peak/tiga puncak(80 – 85 menit). Di PMS Rimba Belian pola perebusan yang sering digunakan/dilakukan dalam keadaan normal yaitu pula dua puncak, sedangkan apabila terjadi panen puncak, maka digunakan pola rebusan tiga puncak, dimana siklus rebusan yang dilakukan selama 90 menit.
Perebusan buah dengan pola double peak dilakukan dengan urutan dan waktu, sebagai berikut:
1. Deaerasi = 2,5 menit
2. Pemasukan dan pembuangan pada puncak I = 20 menit
3. Masa penahanan tekanan = 60 menit
4. Pembuangan uap terakhir = 7,5 menit
----------------
Total = 85 menit
Sedangkan untuk pola perebusan triple peak adalah,sebagai berikut:
1. Deaerasi = 2,5 menit
2. Pemasukan dan pembuangan = 25 menit
3. Masa penahanan tekanan = 50 menit
4. Pembuangan uap terakhir = 7,5 menit
-----------------
Total = 85 menit
Adapun fungsi dari stasiun perebusan adalah untuk menghasilkan buah yang terebus secara optimal dengan waktu, tekanan, suhu dan sistem perebusan yang sesuai dengan standar. Dimana tujuanya adalah untuk menonaktifkan enzim lipase dan oksidasi,mempermudah pelepasan brondolan dari tandanya, melunakan daging buah, mengurangi kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkang.
3.2.4 Pembantingan (Thresher)
Setelah perebusan selesai maka lori – lori yang berisikan tandan buah yang direbus di keluarkan dengan cara ditarik oleh traklier yang dihubungkan dengan motor listrik, kemudian diangkat dengan mengunakan hoisting crane yang digerakan dengan motor listrik.

Hoisting crane yang membawa lori yang berisikan buah rebusan ke bak penebah / drum thresing mempuyai waktu ± 2 menit pada saat pengangkatan lori sampai kembai kebawah.Lori ke outofeeder. Kemampuan bak penebahan di Rimba Belian hanya dapat menampung sebanyak 3 lori (9,5 ton), dimana untuk penggantian isi lori kedalam bak penebahan memerlukan waktu ± 5 menit itupun thresher yaitu 23 – 25 Rpm buah yang terlepas dari tandanya di tampung oleh fruit conveyor under threshing kemudian dibawa oleh fruit elevator untuk distribusikan kesetiap unit digester oleh distributing conveyor. Untuk tandan kosong akan jatuh pada belt conveyor. Untuk tandan kosong akan jatuh pada belt conveyor dan akan dibawa ke incline empety bunch conveyor untuk ditampung pada incenerator. Di PMS Gunung Meliau incenerator sudah tidak di pergunakan lagi, karena untuk menciptakan awan biru sehingga tandan kosong yang di hasilkan pada stasiun ini akan di bawa oleh truk untuk ditebar di areal perkebunaan yang berfungsi sebagai pupuk dan mulsa bagi tanaman.
3.2.5 Pelumatan Buah (digester)
Digester merupakan bagian dari stasiun kempa yang berfungsi untuk melumatkan brondolan yang telah dirontokan, minyak dapat diekstraksi di screw press secara maksimum dan bijinya dapat terlepas, untuk dapat memiriskan minyak bebas sehingga mengurangi volume massa yang akan dikempa dan untuk menaikan suhu massa guna untuk memudahkan proses pengempaan, digester memiiki suhu stem dengan massa 90 – 0C. Buah yang telah membrondolkan dari mesin penebah melalui elektor masuk ke mesin pengukur (digester). Didalam digester buah akan di aduk dan dirajang oleh pisau - pisau pengaduk dan pelumat, sehingga sebagian besar daging buah akan terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik apabila isi ketel selalu di pertahankan dalam keadaan penuh.
Digestar merupakan alat pengaduk yang berbentuk silinder tegak dan bagian dalamnya terdapat pisau yang berputar sebanyak 6 tingkat yang terdiri dari pisau pengaduk, pisau pelumat dan pisau pengumpan/pengeluaran. Letak pisau dibuat berselang – selang agar pengadukan terjadi secara optimal/sempurna. Brondolan yang dilumatkan dalam digester mengunalkan panas selama 20 – 25 menit.
3.2.6 Pengempaan Buah (pressing)
Setelah keluar dari tempat pelumatan massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press dengan tekanan 40 – 60 bar dengan mengunakan air pengencer. Screw press bersuhu antara 90 – 950 C sebanyak 20 – 50% dari TBS. Sehingga air tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penggepresan minyak dapat keluar secara optimal, serta keenceran minyak dapat bertahan dan berlagsung dengan baik. Serta fungsi dari screw press itu sendiri adalah mengambil minyak dari massa adukan buah yang berasal dari digester. Untuk penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter yang kemudian dialirkan ke stasiun klarifikasi, dimana penambahan air ini berfungsi sebagai penurunan viskositas dari minyak itu sendiri.
3.2.7 Klarifikasi dan Pemurnian Minyak.
Minyak yang keluar dari screw press merupakan minyak kasar sehingga diperlukan pemurnian. Minyak dari screw press terdiri dari minyak, padatan bukan minyak yang terdiri dari partikel – partikel cangkong (NOS =Non Oil Solid) dan serabut serta 40 – 50 % air.
Dalam minyak kasar itu terdapat fase yang sulit dipisahkan,dengan satu cara,maka dilakukan pemisahan dari fase minyak tersebut,yaitu Fase NOS dan fase air yang diakukan dengan beberapa tahapan,yaitu sebagai berikut:
1.Penyaringan Minyak
Minyak kasar yang telah diencerkan kemudian akan masuk ke sand trap tank yang berfungsi untuk mengendapkan pasir dan serabut yang selanjutnya disaring di vibrating screen yaitu untuk memisahkan serbuk halus dan bahan- bahan kasar lainya sebelum dipompakan ke CST serta mengurangi kekentalan
crude oil dengan penambahan air panas.
Kemudian dari vibrating screen minyak yang telah disaring ditampung dalam tangki minyak kasar (COT). Minyak kasar yang telah disaring selanjutnya dialirkan kedalam crude oil tank dengan suhu tetap dipertahankan sekitar 90 – 950C kemudian dengan mengunakan crude oil tank minyak dipompakan ke continous settling tank (CST).

1.1.Pengendapan Minyak di Continous Settling Tank (CST)
Minyak dalam tangki ini masih bercampur dengan slugde(Lumpur,air dan kotoran). Dimana fungsi dari CST adalah memisahkan minyak murni dan sludge berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Minyak kasar dari slugde iol tank dipompa masuk ke CST di bak i kemudian diencerkan dengan air panas dan di berikan uap steam dengan suhu 90-950C, kemudian dialirkan ke bak II melalui dasar bak. Didalam bak dilakukan pemanasan dengan mengunakan pipa pemanas dan ditengah – tengah bak dilengkapi serat – serat sehingga aliran minyak menjadi tenang. Dengan demikian minyak akan ke atas sedangkan sludge akan mengedap didasar bak. Minyak yang telah bersih dari sludge berada di lapisan atas yang mengendap di dasar bak. Minyak kemudian alirkan ke oil tank, sedangkan sludge yang masih mengandung minyak akan masuk ke bak III untuk dialirkan ke sludge tank.

1.2.Pemisahan antara minyak dengan air di Oil Tank (Tangki Minyak)
Minyak yang berasal dari CST masih bercampur dengan air atau endapan pada oil tank minyak akan dipisahkan dengan air bersasarkan perbedaan berat jenis dengan pemanasan. Pipa - pipa pemanas dalam tangki akan menyebabkan viskositas cairan berkurang,hal inilah yang akan mempercepat pemisahan air dengan minyak. Berdasarkan berat jenisnya minyak akan naik sedangkan air akan turun ke dasar tangki.



1.3.Pemurnian Minyak di Oil Purifer
Fungsi oil purifier adalah untuk memisahkan sludge yang meleyang atau mengemulsi dalam minyak dan mengurangi kadar air dalam minyak sehingga kadar kotoran dalam minyak diharapkan menjadi lebih kecil 0,02% serta suhu dalam oil purifier berkisar antara 90 – 95o C. Dimana pemurnian lanjutan kecepatan 6000 – 76500 Rpm, maka kotoran dengan air yangberat jenisnya lebih besar dari minyak akan berada di bagian luar oil purifier. Sedangkan minyak yang berada di tengah - tengah selanjutnya akan di keluarkan menuju vacum dryer.
Minyak dari oli purifier di pompa ke vacum dryer,dimana minyak yang masih masuk memiliki kadar air yang cukup tinggi. Adapun fungsi dari vacum dryer untuk mengeringkan minyak pada kondisi vakum melalui proses penguapan agar kadar air lebih rendah 0,1 %.
Minyak pada vacum dryer diuapkan dengan sistem penguapan melalui nozzle. Pada ujung pipa pengaliran minyak, dipasang nozzle yang akan mempersempit pengaliran minyak, sedangkan tekanan pada alat pompa dipertinggi yaitu berkisar 650 – 760 mm/hg sehingga minyak akan menyemprot keluar dengan tekanan pada vacum dryer yaitu 5 ton, dengan temperatur 90 – 95 oc akan menyebabkan air lebih cepat menguap dan keluar melalui lubang di ujung vacum dryer, sedangkan minyak yang lebih bebas dari air akan mengalir ke dinding bejana dan di salurkan ke vompa vacum untuk di alirkan ke pompa timbun. Suhu minyak yang akan di alirkan ke tangki timbun diturunkan temperatur (40 – 45 oc)
3.2.8.Penimbunan Minyak di Storage Tank
Tangki ini berbentuk silinder tegak yang di lengkapi dengan pipa pemanas dengan kapasitas 2100 ton CPO, dengan tinggi tangki 12 meter. Pada PMS Rimba Belian terdapat tiga unit tangki penimbunan crude palm oil (CPO).
Pada tangki timbun tersebut setiap harinya dilakukan pengujian terhadap minyak penyimpanan serta pemanasan juga dilakukan untuk menjaga suhu penyimpanan. Minyak yang terdapat di daam tangki suhunya harus tetap dijaga agar tetap panas dan jangan sampai dingin. Pada tangki timbun di lakukan tiga pengecekan terhadap minyak apabila proses pengolahan berlangsung terus

3.3 Proses Pengolahan Biji.
Pada proses pengolahan biji kelapa sawit, inti sawit di pisahkan dari bijinya dengan cara pemecahan, pembersihan dan mengeringkan inti sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Adapun prosesnya untuk pengolahan inti sawit adalah
a.Pemecahan Ampas Kempa di Cake Breaker Conveyor
Ampas kempa yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan. Oleh karena itu dipecah dengan alat pemecah cake breker conveyor, kemudian ampas akan di angkut menuju fibre cyclon. Untuk mempermudah pemecahan gumpalan ampas dan terbentuknya ampas yang memenuhi standar sebagai bahan bakar pada ketel uap,maka di lakukan pemanasan cake breakar conveyor yang mempuyi suhu 90-95 0 C sehingga air pada ampas akan berjalan dengan sempurna yang menyebabkan kadar air pada ampas akan turun dan mudah diproses lebih lanjut pada depericarper.
b.Pemisahan Ampas dan Biji di Depericarper
Depericarpar berfungsi untuk memisahkan ampas dan biji serta membersihkan biji dari sisa – sisa serabut yang masih melekat. Ampas dan biji yang masih akan terpisah dalam cake breakar conveyor kemudian masuk ke depericarper. Dalam depericarper ampas kering yang berat jenisnya lebih ringan
dari biji akan terhisap oleh blower untuk di salurkan ke fiber cydone, kemudian di tampung ke dalam instansi ketel uap untuk dijadikan bahan bakar pada ketel uap sedangkan biji yang berat jeninya lebih besar akan jatuh ke nut polishing drum.

c.Drum Pemolis di Nut Polishing Drum
Alat ini berfungsi untuk memperlakukan biji lebih lanjut agar biji menjadi bersih. Polishing drum digerakan dengan bantuan motor listrik yang di lengkapi dengan rotasi sebagai pengerak yang berputar dan mengaduk biji saling bergesekan oleh biji itu sendiri maupun dari plat yang ada pada as drum tersebut yang menyebabkan serat masih lengket dengan biji akan lepas dan akan keluar melalui lubang saring pada Nut Polishing Drum dan mauk ke nut elevator.Nut Polishing Drum yang ada pada PMS Rimba Belian ada 2 buah yang masih beroperasi dengan baik. Maksud dari pelepasan serat dari biji adalah untuk mengoptimalkan proses pemecahan biji itu sendiri.
d.Pemecahan Biji di Nut Silo Driyer.
Biji yang ada di nut elevator akan di bawa ke nut silo untuk di keringkan dengan uap panas, pengeringan ini bertujuan untuk memudahkan pemecahan biji dan terlepasnya inti dari dari cangkang. Selain itu pemanasan ini juga untuk mengurangi kadar air inti.
Dengan berkurangnya kadar air maka terdapat rongga antar inti dan cangkang, hal inilah yang memudahkan pada proses pemecahan. Dimana suhu yang ada pada nut silo yaitu 50 oc dan 70 oc selama 8 jam,pemanasan denan suhu rendah bertujuan untuk membantu proses hidrolisa,bila suhu terlalu tinggi akan menyebabkan inti menjadi hangus. Dengan adanya pemanasan diharapkan kadar air yang terkandung dalam inti menjadi rendah yaitu dari 15 % menjadi 6-7%.
e.Pemecahan Biji di Nut Creaker
Nut Creakar merupakan alat sentrifuge yang mempuyai motor yang berputar dengan kecepatan tinggi yaitu 1445 Rpm. Biji – biji yang masuk kedalam rotor akan berputar dan terbanting keras ke dinding creacker, akibatnya biji menjadi pecah dan inti akan lepas dari cangkangnya, kemudian inti dan cangkangnya akan ke creacked misature conveyor yang akan dimasukkan ke phenoumetic separator untuk pemisah inti dan cangkang.
f. pemisahan inti dan cangkang (phenoumetic separator)
Hasil dari nut creacker dibawa oleh creacker conveyor untuk dipindahkan ke creacker elevator untuk masuk ke pemisah inti dengan cangkang. Disini massa yang lebih berat yaitu inti akan jatuh ke panel conveyor untuk masuk ke kernel sillo, sedangkan cangkang yang massanya lebih ringan akan terhisap oleh blower keatas untuk ditampung ke shell untuk dijadikan bahan bakar.
g. pengeringan inti
Pengeringan inti pada PMS Rimba Blian ada 2 buah dan alat ini berfungsi untuk mengeringkan inti dengan cara mengalirkan uap panas.
Pengeringan ini dilakukan sama halnya dengan nut sillo yang dilakukan secara bertingkat pada suhu 500C – 700C denganmenggunakan steam sebagai bahan dalam membantu proses pengeringan, dimana pengeringan dilakukan selama 6 – 8 jam, kemudian inti masuk kebagian bawah yang berbentuk piramida terbalik dan turun ke kernel conveyor kemudian masuk ke kernel elevator kemudian masuk ke kernel bunker menuju penimbunan.
h. penimbunan inti
Setelah proses pengeringan kemudian kernel dikeluarkan melalui shake movement agar inti keluar secara beraturan menuju ke kernel conveyor untuk dibawa ke tempat penimbunan inti. Inti yang telah ada di penimbunan selanjutnya diayak untuk memisahkan kernel dengan inti yang masih tertutup cangkang. Inti yang masih tertutup cangkangnya di pheneoumatic separator yang dimasukkan melalui creacker mixture conveyor dan inti ini juga dimasukkan ke dalam karung guna untuk memudahkan pada proses penyimpanan dan pengangkutan nantinya.



3.4. mesin dan peralatan
Tabel 3 mesin dan peralatan
no Stasiun Kapasitas/
Kecepatan Jumlah Fungsi
1 Penerimaan buah
a. Penimbangan buah
b. Loading ramp
c. Lori
d. Sterilizer
40 ton
20 ton
3,5 ton/lori
25 ton/sterilizer
1 buah
20 buah
30 buah
2 buah
Untuk menimbun buah
Penampungan sementara
Membawa TBS ke sterillizer
Untuk merebus buah
2 Penebah
a. Hoisting crane

b. Hopper

c. Autofeeder

d. Drume threser
5 ton / unit

7,5 ton / unit



35 ton TBS / unit
2 buah

3 buah

3 buah

3 buah

Mengangkat buah dalam lori ke stripper
Untuk menampung buah yang telah direbus
Mengetur meluncurkan buah masuk ke threser
Melepaskan buah dari janjangnya dengan cara membanting
3 Pengempaan
a. Fruit elevator

b. Digester


c. Screw press
35 ton TBS / jam



10-12 ton TBS / jam
1 buah




2 buah




Mengangkat buah setelah ditebah ke digester
Melumatkan brondolan yang telah dirontokkan sehinggadapat di ekstraksi

Mengambil minyak dari massa adukan buah dari digester


4

Klarifikasi
a. Vibrating screen
b. Continous settling tank
c. Pure oil tank

d. Sludge oil tank

e. Oil purifire

f. Vacuum dryer

g. Oil storage tank


30 ton/TBS






4500 lt/jam

9-10 ton/jam

1750 ton/unit


8 buah
2 buah

2 buah

6 buah

6 buah



3 buah


Memisahkan minyak dari kotoran
Memisahkan minyak murni dan sludge

Untuk menampung crude oil dari CST

Menampung sludge yang di pisahkan dari CST
Pemisahan lebih lanjut minyak mentah yang terkumpul (pemurnian minyak) mengurangi kadar air pada minyak

Penampungan CPO hasil olahan

I. stasiun pembangkit tenaga (power plant station)
Pada PMS Rimba Belian terdapat tiga unit ketel uap (boiler) dimana dua unit ketel uap masih digunakan sebagai tenaga untuk proses pengolahan dan sebagai pengerak turbin, sedangkan I unitnya digunakan sebagai cadangan bila salah satu dari dua unit ketel uap yang digunakan rusak.
Bahan bakar utama ketel uap itu sendiri adalah untuk menghasilkan uap, untuk menggerakan turbin,keperluan uap untuk sterilisasi dan sumber panas pada proses pengolahan . Kapasitas ketel uap untuk setiap unit yang ada pada PMS Rimba Belian yaitu 20 ton uap/jam , dengan suhu 260 o C , serta tekanan kerjanya 20 kg/cm2 dan pompa minyaknya 2,5 ampere.
Pada stasiun ini bermanfaat untuk kebutuhan pabrik yaitu untuk proses pengolahan dan untuk kebutuhan listrik domestik (perubahan karyawan/PKS). Pada stasiun ini memiliki beberapa unit yaitu :

a. Diesel Generator
Diesel generator sebagai pembangkit tenaga listrik pada saat turbin uap tidak berkerja atau terjadi penurunan pada tenaga turbin . Hal ini di atas dapat terjadi apabila pada saat pabrik sedang tidak mengolah. Pada PMS Rimba Belian terdapat 2 unit mesin diesel yang setiap unit memiliki tenaga ½ mega watt. Mesin diesel digunakan apabila turbin tidak berkerja atau belum beroperasi secara optimal.

b. Turbin Uap ( BOILER )
Turbin uap berfungsi sebagai penbangkit tenaga listrik yang di butuhkan pada saat produksi dan domestik dengan mengunakan uap steam kering yang berasal dari ketel uap.Turbin uap memiliki tekanan 1000 rpm, dengan tenaga 400 – 500 volt. Turbin uap memiliki tekanan uap normal (uap masuk) sebasar 20 kg/cm2.Di PMS Rimba Belian memiliki 3 unit turbin uap yang dilengkapi dengan generator , dengan tekanan yang biasa digunakan (uap masuk) sebesar 14 kg/cm2 sedangkan untuk (uap keluar) sebesar 1 – 5 kg/cm2.

II. Stasiun Pengolahan Air
Pada stasiun ini berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan garam – garam maupun kotoran dan gas – gas yang terlarut ataupun yang tidak terlarut yang terkandung dalan air sehingga memenuhi persyratan yang di gunakan untuk proses maupun untuk kebutuhan karyawan.
Proses pengolahan air meliputi :
a. Penjernihan Air
Penjernihan air dilakukan untuk menghilangkan padatan tersuspensi yang menyebabkan kekurangan air .
Untuk pengolahan air bersih tersebut dapat dilihat dengan skema,sebagai berikut :



















Pengolahan air di PMS Rimba Belian berasal dari air kapuas yang dipompa untuk dimasukan ke raw water basin (kapasitas 1000 m3) yang didalamnya terdapat tawas (50 kg / 12 jam), kemudian dipompa menuju ke raw water tower dengan kapasitas 96 m3, lalu dipompa lagi ke hydroone darifier yang barkapasitas 82,5 km3. Setelah itu air dialirkan ke clarified water basin dengan kapasitas 27,5 km2. Di dalam sand filter terdapat pasir dan batu yang berfungsi sebagai saringan. Kemudian air dialirkan lagi menuju ke filter water tower ( kapasitas 40 km3). Air yang sudah melawati proses pengolahan digunakan sebagai air minum , air pengolahan untuk pabrik , air untuk sirkulasi diesel, air untuk kation anion dan air untuk kebutuhan diperumahan karyawan.

b.Pengolahan Air Umpan ketel
Pengolahan air umpan untuk menghilangkan atau mengurangi akan kemungkinan adanya zat- zat yang dapat menyebkan permasalahan di dalam ketel uap karena mutu air umpan yang tidak memenuhi persyaratan.

3.5. Pengawasan Mutu
Minyak kelapa sawit mempunyai peranan yang cukup penting dalam industri pangan . Dalam masalah mutu atau kualitas sangat diperhatikan karena akan berhubungan dengan harga jualnya.Pengawasan mutu bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi yang bermutu baik dan memiliki kualitas yang baik pula dengan standar ditetapakan, agar dapat diterima oleh konsumen sesuai dengan harga jualnya. Pengawasan mutu minyak dan inti kelapa sawit dapat dilakukan pada setiap proses pengolahan dengan memperhatikan setiap stasiun – stasiun pengolahan,ini dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4 Pengawasan Mutu Pada Stasiun
No Stasiun Hal-hal yang perlu diperhatian
1





2


3



4





5






6


7

Penerimaan Buah
a. Jembatan penimbangan

b. Sortasi


Perebusan


penebahan



pengempaan





Pemurnian minyak






Pengolahan biji


penimbuanan



- Sebelum dilakukan penimbangan
Indikator digital dalam keadaan “of”
- Sortasi dilakukan pad setiap truk yang masuk dengan menggolongkan fraksi dari 00 sampai fraksi 5
- Tekanan kerja harus mencapai 2,8 - 3,6 kg/cm2 dan pembuangan air kondensat harus betul- betul memperhatikan agar buah tidak basah
- Tandan yang telah direbus, yang dimasukkan kedalam drum sedapat mungkin dalam jumlah yang konstan sehingga pemisahan brondolan berjalan dengan baik.
- Pada waktu operasi screw press sedapat mungkin digester dalam keadaan penuh, masa harus panas (950c) dan waktu tinggal yang cukup(20 –25menit). Penambahan air panas sebagai pengencer diatur sedemikian rupa sehingga kadar air dlam minyak maksimum 30 %.
- Mutu yang terbaik untuk mendapatkan lapisan minyak yang murni adalah 4 – 5 jam, dan sebelum minyak dari oil tank dialirkan kedalam alat ini dipastikan terlebih dahulu air dinut water tank telah panas dengan suhu minimal 850c agar memudahkan pengenceran.

- Daya isap di blower harus diatur agar serabut dan biji dapat terpisah dengan baik dan harus selalu menjaga suhu pengeringan bji 800c.
- Temperaur CPO harus dijaga antara 50 – 600c dan bebas dari karat.


• Pemeriksaan Mutu CPO (Crude Palm Oil) dan kernel
Di PMS Rimba Belian untuk menganalisa mutu dari minyak mentah (CPO) dan kernel dilakukan dengan pengujian kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran dengan perhitungan Thermogravimetri sedangkan untuk kernel dilakukan uji inti berubah warna, dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pengujian Kadar ALB (Asam Lemak Bebas)
Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisis dan oksidasi minyak untuk perhitungan kadar ALB untuk CPO dan kernel mengunakan prinsip yang sama, namun untuk CPO BM asam lemak bebasnya mengunakan 256 sedangkan untuk intinya (kernel) mengunakan 20,0. Prinsip ALB diukur dengan cara titrasi mengunakan alkali dalam larutan alkohol. Pengujian ALB dapat dilakukan dengan rumus :
% ALB =

Pengujian Kadar Air
Air dalam minyak hanya ada dalam jumlah kecil . Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu penbuatan dan akibat pelakuan pengolahan dipabrik serta penimbunan. Untuk perhitungan kadar air untuk CPO dan kernel mengunakan prinsip yang sama. Prinsip air di tentukan dengan cara penguapan alat pengeringan.Pengujian kadar air dapat dilakukan dengan rumus:

% Kadar Air =.

b. Pengujian Kadar Kotoran
Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam petroleum ether. Kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang residu kering setelah dipiahkan dari contoh dengan mengunakan pelarut .

% Kadar Kotoran =

Sedangkan untuk kadar pada inti sawit terdiri dari cangkang, sampah cangkang gabungan dan biji setengah pecah yang dipisahkan dari intinya terlebih dahulu.Prinsip untuk menghitung kadar kotoran pada inti dengan rumus sebagai berikut:
% Kadar kotoran = % noten utuh + % noten pecah + % cangkang
Untuk pemakaian hasil yang telah dianalisa dapat dilaporkan kepada kepala laboratorium untuk diketahui oleh pimpinan sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap proses pengolahan yang dilakukan dipabrik.

3.6. Sanatasi dan Pengolahan Limbah
1. Sanitasi
Sanitasi merupakan suatu hidup dan tindakan aseptic dan bersih baik itu terhadap benda maupun manusia yang terjadi secara langsung dan tidak langsung. Untuk program sanitasi di PMS Rimba Belian dilakukan setiap harinya yang dilakukan setelah pemakian alat tersebut , dimana setiap berhenti beroperasi maka mesin tersebut harus di bersihkan dan dilakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan . Fasilitas sanitasi berupa sepatu bot, sarung tangan dan sapu.

2. Limbah dan cara penangananya
Pengolahan Sludge
a. Sludge Tank (Tangki Lumpur)
Sludge yang keluar dari CST dialirkan ke sludge tank dan harus diolah untuk mengutip minyak yang msih terdapat didalamya, dan disisni sludge akan mengalami pemanasan oleh uap steam dengan suhu 980 o C, selanjutnya sludge dialirkan ke self cleaning yang memiliki saringan sampah dan sifat baja yang terus berputar untuk membersihkan saringan sampah,sehingga sampah dan kotoran akan masuk, ke dalam decanter.
b. Decantar (pemisah lumpur)
Sludge yang keluar dari sludge tank dipompa masuk ke dispatch tank. Pada sludge ini lumpur diendapkan , sehingga lumpur yang lebih berat akan mengendap sedangkan sludge yang lebih ringan akan keatas dan kemudian akan dialirkan ke decanter. Fungsi dari decantar adalah untuk memisahkan minyak dengan air, sludge dan non solid yang mempuyai berat jenis yang lebih besar digunakan membantu dalam pemisahan dengan suhu 80o C.

c. Fat Pit ( Pengutipan Minyak )
Fat Pit berfungsi untuk menampung cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat rebusan dan parit klarifikasi. Bak Fit Pit mempuyai empat bagian, dimana pada bak keempat diusahakan minyak telah terkumpul banyak dan minyak itu semdiri termasuk dari Deoling Pond. Minyak dari bak ini dipompa ke dalam Oil Tank untuk diolah kembali.
Dari proses pengutipan minyak terdapat limbah yaitu sludge yang merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil. Adapun unit pengolahan limbah yang terapat di PMS Rimba Belian.
A.Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan air limbah yaitu pengolaha limbah yang dihasilkan dari pabrik masih belum memenuhi standar persyratan yang telah ditetapkan. Air limbah ini berasal dari berasl dari proses pengolahan CPO dan Kernel sehingga perlu penanganan yang serius untuk tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan.
Air limbah yang telah dialirkan kekolam limbah akan dilanjutkan ke bak fat pit yang berfungsi untuk mengutip minyak yang dilanjutkan dan pompa ke stasiun klasifikasi minyak untuk di olah lebih lanjut, sedangkan kotoran dan lumpur akan di alirkan ke kolam pendingin (Deoiling Pond).


• Deoiling Pond (Kolam Pendingin)
Limbah yang berupa lumpur berasal dari Fat Pit disalurkan melalui parit untuk menuju ke kolam deoiling pond yang tujuanya untuk mendinginkan suhu limbah dari 70o C menjadi 40-45o C, sehingga bakteri yang digunakan dapat hidup untuk menghidrolisa limbah. Kolam pendingin di PMS Rimba Belian terdapat dua buah yaitu Deoiling pond dengan kapasitas 4.325 M3 dan kedalamnya 3,5 m dan kolam yang kedua Acinification Pond dengan kapasitas 814 m2 dan kedalaman 3,5 m.

• Prymarian Pond I
Dari kolam pendingin limbah dialirkan ke kolam Prymarian Pond I untuk membiarkan bakteri anaerobic yang berkerja di dalamya. Pada koam ini limbah harus memiliki PH antara 6,5 – 6,8 agar bakteri dapat berkembangbiak dengan sempurna. Apabia terjadi penurunan PH maka ditambahkan kapur tohor pada kolam. Kolam ini mempuyai kedalaman 5,5 m dengan kapasitas 25.101,2 m3.

• Prymarian Pond II
Kolam ini merupakan kolam lanjutan darii Prymarian Pond I yang bertujuan untuk lebih mengaktifkan bakteri sehingga dapt menghidrolisa limbah, maka limbah akan dipompa untuk disirkulasi ulang secara terus menerus ke kolam Prymarian Pond I. Kolam Prymarian Pond II ini memiliki kedalaman dan kapasitas yang sama dengan kolam Prymarian Pond I. Kolam ini memiliki suhu yang harus dijaga antara 35o C dan Ph 6,9-7,2.

• Secondaryan Pond
Kolam ini berguna untuk menyempurnakan aktifitas bakteri, maka dari itu Ph dinaikan sampai 7,7 dan suhu diturunkan menjadi 32o C. Kolam ini memiliki kapasitas 25.101.2 m3 dengan kedalaman 5,5 M.



• Facultativ Pond
Limbah dari kolam sedondaryan Pond dialirkan ke kolam Fakultativ Pond.
Di kolam ini bakteri anaerobik dengan bakteri aerobik dicampur dengan bahan - bahan organic yang tidak dapat dihidrolisa oleh kolam anaerobic secara biologis akan dirombak pada kolam aerobic dengan bantuan oksigen ( O2 ), kolam ini berkapasitas 14.385.2 m2 dengan kedalaman 2,5 M.

• Algae Pond
Limbah cair yang berasal dari kolam Fakultatif dimasukan ke dalam kolam algae pond untuk mengembangbiakan algae yang berguna sebagai indikator bahwa limbah tersebut telah dihidrolisa dan tiak mencemari lingkungan. Proses pengolahan limbah cair yang terakhir pada kolam ini yang selanjutnya akan dialirkan ke sungai dengan cara over flow dengan suhu antara 28 o C. Di PMS Rimba Belian memiliki dua buah kolam Algae yaitu kolam Algae Pond I mempuyai kedalaman 2 m dengan kapasitas 9.584,1 m3, sedangkan kolam Algae Pond II mempunyai kedalaman 2 m dengan kapasitas 8.892,5 M3. Limbah yang telah melewati proses pengolahan sebelum dibuang ke sungai diharapkan memenuhi standar mutu.
Tabel 5 Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Minyak Sawit
No Parameter Satuan Kisaran
1.
2
3
4
5
6
7 BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
NH3 – N
PH
Debit Limbah Maksimum Mg/lt
Mg/lt
Mg /1t
Mg/1t
Mg/1t
Mg/1t
Mg/1t Maksimum 250
Maksimum 500
Maksimum 300
Maksimum 30
Maksimum 20
6-9
6 M3/ton produksi


Pengujian terhadap limbah di PMS Rimba Belian dilakukan oleh LPP industri Pontianak setiap satu bulan sekali.

B. Pengolahan limbah padat
Di PMS Rimba Belian juga menghasilkan limbah padat yang berupa tandan kosong, ampas dan cangkang dari pengolahan CPO dan inti.Limbah berupa tandan kosong langsung ditebar di kebun sekitar PMS yang berguna sebagai pupuk dab mulsa,sedangkan ampas dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar ketel uap untuk menghasilkan tenaga pada proses pengolahan.
Di PMS Rimba Belian tankos yang dihasilkan antara 23% dari tandan buah segar, sedamgkan ampasnya sekitar 12% dan untuk cangkang 6% yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ketel uap.

3.7. Material Balance proses produksi
Material balance adalah neraca keseimbangan bahan olah produksi. Adapun diagram alir proses material balance, sebagai berikut :



BAB IV
SISTEM PEMASARAN





Tandan Buah Segar ( TBS ) yang akan diolah dinyatakan dalam kondisi 100%. Kemudian buah melewati tahapan perebusan seingga terdapat lossis yang diuapkan sebanyak 10 %. Setelah direbus pada stasiun sterillizer kemudian buah memasuki tahapan pemisahan antara janjang dan buah pada stasiun thresher, sehingga diperoleh 67% buah dan 23% empty bunch (tandan kosong) dan 0,5% bunch ush (debu tandan).
Tandan kosong tidak diolah dan langsung dibuang ke sekitar kebun sawit untuk dijadikan pupuk bagi tanaman sawit itu sendiri.
Buah sawit yang telah terpisah dengan tandannya kemudian memasuki tahapan pelumatan pada stasiun digester, kemudian dilanjutkan pada tahapan pengepresan dengan tujuan mengekstraksi minyak pada stasiun screw press. Dari stasiun screw press ini kemudian diperoleh pericarp (serabut luar)13% dan nuts (biji berlapis serabut halus dan cangkang biji) 11%. Kemudian pericarp dan nuts dibawa oleh CBC (Cake Breacker Conveyor) menuju ke polysing drum. Pada polysing drum, nuts ditampi sehingga terpisah dari pericrap, kemudian nuts memasuki tahapan pengeringan pada stasiun pengering biji dan dilanjutkan ke pemecahan biji pada mesin ripple mill. Sedangkan pericrap dihisap oleh fibre syclone dan dibawa ketempat penampungan pericrap. Pada fibre syclone dipisahkan antara dry fibre fuel (serat kering dan halus) 11% dan water evaporation (air yang diuapkan) 2%.
Setelah nuts (biji berselaput cangkang biji dan serabut) dipecah diripple mill kemudian diperoleh cracksheel (kumpulan biji pecah, cangkang biji, serabut, notten dan kernel). Kernel 4% dipisahkan dari biji pecah, cangkang biji, serabut dan notten pada stasiun pemisahan yaitu stasiun clay bath. Pemisahan kernel ini dilakukan berdasarkan perbedaan bobot jenis. Kemudian kernel dibawa menuju kernel silo dengan menggunakan sheel transport. Pada kernel silo, kernel dikeringkan lagi dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Setelah dikeringkan kemudian kernel ditampung pada penampungan kernel.
Kumpulan biji pecah, cangkang biji, serabut dan notten yang terpisahkan dari kernel dikeringkan kembali dan kemudian diolah lagi melaui tahapan penampian pada stasiun polysing drum dan dilanjutkan ketahapan – tahapan berikutnya hingga diperoleh kernel. Shell yang diperoleh dari proses tersebut 6%.
Buah sawit yang telah terlepas dari tandannya kemudian dilumatkan pada stasiun digester dan dipress pada stasiun screw press sehingga diperoleh minyak 43%. Minyak tersebut memasuki tahapan klarifikasi sehingga diperoleh minyak 22% dan disimpan pada tangki timbun. Pada tahapan klarifikasi terdapat air yang diuapkan 17% dan padatan yang terdapat pada ayakan getar 4%.
Data material balance yang diperoleh di PTPN XIII PMS RIMBA BELIAN adalah sebagai berikut :
Tabel 6 data material balance
NO TANGGAL JUMLAH TBS
(Kg) JUMLAH CPO
(Kg) KERNEL
(Kg)
1 21 Januari 2009 427.530 94.057 17.101
2 22 Januari 2009 393.640 86.601 15.746
3 23 Januari 2009 431.190 94.862 17.248
4 24 Januari 2009 317.070 69.755 12.683
5 25 Januari 2009 66.750 14.685 2.670
6 26 Januari 2009 256.080 56.338 10.243
7 27 Januari 2009 573.900 126.258 22.956
8 28 Januari 2009 478.300 105.226 19.132
9 29 Januari 2009 286.000 62.920 11.440
10 30 Januari 2009 392.820 86.420 15.713
‘11 31 Januari 2009 441.660 97.165 17.666
12 1 Februari 2009 123.960 27.271 4.958
13 2 Februari 2009 633.400 139.348 25.336
14 3 Februari 2009 598.120 131.586 23.925
15 4 Februari 2009 405.420 89.192 16.217
16 5 Februari 2009 525.640 115.641 21.026
17 6 Februari 2009 541.540 119.139 21.662
18 7 Februari 2009 627.660 138.085 25.106
19 8 Februari 2009 168.110 36.984 6.724
20 9 Februari 2009 641.550 141.141 25.662
21 10 Februari 2009 587.490 129.248 23.500
22 11 Februari 2009 596.660 131.265 23.866
23 12 Februari 2009 645.350 141.977 25.814
24 13 Februari 2009 596.150 131.153 23.846
Jumlah 10.755.990 2.366.317 430.240
Rata – rata 448.166,25 98.596,54 17.926,67



BAB IV
SISTEM PEMASARAN

4.1 Spesifikasi Produk
Di PMS Rimba Belian menghasilkan produk berupa CPO dan Kernel sawit. Minyak mentah tersebut memilki standar yang diketahui dengan cara pengujian di laboratorium. Untuk inti sawit juga dilakukan berbagai pengujian agar dapat menentukan kualitasnya.
Tabel 7 Pedoman Mutu Inti Sawit di PMS Rimba Belian.
Parameter Persyaratan
Kadar air
Kadar Kotoran
Kernel Pecah
Kernel Berubah Warna
ALB Minyak Kernel Maksimum 7 %
Maksimum 6 %
Maksimum 15 %
Maksimum 40 %
Maksimum 3,5 %


Tabel 8 Pedoman Mutu CPO di PMS Rimba Belian
Parametar Persyaratan
Asam Lemak Bebas (ALB)
Kadar Air
Kadar Kotoran
Bilangan Piroksida
Fe(besi)
Cu (Tembaga) Maksimum 3,5 %
Maksimum 0,15 %
Maksimum 0,02 %
Maksimum 5 Meq
Maksimum 5 ppm
Maksimum 0,3 ppm

4.2 Pemasaran Produk
Proses pemasaran untuk CPO dan inti sawit dilakukan apabila ada permintaan dari pihak konsumen, salah satu konsumen pembeli CPO adalah perusahaan minyak goreng FILMA. Di PMS Rimba Belian para konsumen akan melakukan pengujian di laboratorium terlebih dahulu untuk menentukan kualitas produk. Untuk pengiriman minyak mentah (CPO) ini mengunakan tongkang atau ponton dengan melalui pipa yang dialirkan dari tangki timbun keponton yang jaraknya lebih kurang 1 kilometer dari pabrik.sedangkan inti sawit dikirim ke Pontianak untuk dijual kepada konsumen.















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh serta dari hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
 Secara umum, tahapan dalam proses pengolahan buah kelapa sawit terdiri dari tujuh stasiun tahapan pengolahan yaitu stasiun penerimaan buah, stasiun penebah, stasiun pengempaan, stasiun klarifikasi, stasiun boiler (penghasil uap steam), stasiun pengolahan air (water thretment) dan stasiun pengolahan limbah.
 Jumlah rata – rata pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) per hari adalah 448.166,25 kg, rata – rata jumlah CPO (Crude Palm Oil) yang diperoleh per hari adalah 98.596,54 kg, rata – rata jumlah kernel yang diperoleh per hari adalah 17.926,67 kg.
 Setiap tahapan proses (tahapan pengolahan) yang dilalui kemungkinan besar akan mengalami losses.
 Losses dapat disebabkan oleh kerusakan mesin pada stasiun pengolahan.
 Adanya kendala – kendala yang dihadapi selama proses pengolahan, misalnya kerusakan pada mesin pengolahan. Hal inilah yang menyebabkan proses pengolahan tidak dapat berjalan secara optimal dan efisien.




5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada pihak PTPN XIII PMS Rimba Belian Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau yaitu sebaiknya dalam proses pengolahan Buah Sawit mesin – mesin pengolahan yang digunakan harus diperbaiki secara berkala agar tidak terjadi kendala/hambatan selama berlangsungnya proses produksi.
















DAFTAR PUSTAKA

Aldin, V. Lubis, November 1992. “Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia Marihat – Bandar Kuala”, Pematang Siantar – Sumatera Utara
http://spkskalbar.blogspot.com/2007/06/deklarasi-serikat-petani.html

Senin, 05 Januari 2009

TEKNOLOGI PENGOLAHAN OLEORESIN

Oleoresin

¨Oleoresin berasal dari kata oleo yang berarti minyak dan resin yang berarti gum (kamus besar bahasa Indonesia).

¨Oleoresin didefinisikan sebagai campuran minyak dan resin atau gum diperoleh hasil ekstraksi, pemekatan dan standarisasi minyak atsiri (minyak essential dan komponen non volatile dari rempah-rempah).

¨Oleoresin biasanya berbentuk cairan kental, pasta atau padat, yang memiliki aroma dan rasa sesuai dengan bahan yang diekstraksi.

¨Oleoresin berupa cairan kental yang kadangkala berwarna dan mempunyai sifat pelarutan yang berbeda pada pengolahan pangan.

¨Sifatnya berbeda dengan minyak esensial à mempunyai titik didih, nonvolatile dan termostabil.

¨Pemanfaatan oleoresin :

sebagai bahan baku flavor (penyedap) pada industry pengalengan daging, minuman segar, bahan baku obat, kosmetik, parfum, industry kembang gula dan roti. Ex: oleoresin dari lada, jahe dan cengkeh.

sebagai zat pewarna pangan, ex: oleoresin dari paprika dan tumerik

¨Penggunaan dalam pangan sebesar 1/5 – 1/20 dari total bumbu kering.

¨Minyak & resin dalam oleoresin dapat berfungsi sebagai pengikat minyak esensial secara alami à mencegah kehilangan flavor akibat komponen minyak esensial volatile selama pemanasan.

¨Jenis oleoresin di pasaran antara lain: oleoresin jahe, cabe puyang, cabe merah, laos dll. Pada skala penelitian berbagai oleoresin telah diteliti seperti: oleoresin temu putih, laos merah dll.



Keuntungan oleoresin sebagai penyedap:

¨Flavor yang dihasilkan lebih seragam, tergantung bahan dasar.

¨Bersifat lebih stabil, adanya komponen nonvolatile (termasuk zat antioksidan) dapat mencegah kehilangan aroma.

¨Penyimpanan lebih mudah, jumlahnya kecil.

¨Bebas kontaminasi mikroorganisme, oleoresin tidak dapat digunakan untuk pertumbuhan sel-sel mikroorganisme.

¨Mempunyai nilai flavor yang lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk bumbu kering, karena dalam bentuk kering bumbu/herba masih mungkin kehilangan komponen flavor.



Ekstraksi

Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu bahan.

Beberapa metode ekstraksi :

1.Penekanan atau pengempaan

Tekanan yg diberikan selama pengempaan akan mendorong cairan terpisah dan keluar dari sistem campuran padat – cair. Perbedaan tekanan dalam sel dan lingkungan akan mengakibatkan cairan terekstrak.

2. Pemanasan

Dilakukan untuk ekstraksi minyak dari bahan hewani (sistem campuran padat – cair). Pemanasan dapat menyebabkan protein dalam jaringan menggumpal sehingga jaringan akan mengkerut. Pengkerutan akan mengakibatkan minyak terperas keluar.

3. Menggunakan pelarut

Ekstraksi dengan pelarut berdasarkan pada sifat kelarutan komponen-komponen terhadap pelarut dalam suatu campuran. Ekstraksi dapat dilakukan untuk komponen cair dari sistem campuran cair – cair maupun cair – padat, dan komponen padat dari sistem campuran padat – padat maupun padat – cair.

Pemilihan jenis pelarut harus menjadi pertimbangan dan bersifat selektif. Pelarut harus mempunyai kemampuan melarutkan komponen yg akan dipisahkan dan mempunyai viskositas cukup rendah sehingga mudah disirkulasikan.

Oleoresin diperoleh dari ekstraksi bahan yang telah dihaluskan dengan menggunakan pelarut organik yang mudah menguap.

Beberapa pelarut yang dapat digunakan : etil alkohol, metil alkohol, isopropil alkohol, metilen atau etilen klorida, heksan dan aseton.

Ekstraksi oleoresin dapat dilakukan dengan cara:

1.Ekstraksi secara langsung

2.Ekstraksi secara tak langsung



Ekstraksi secara langsung

Kelebihan : pengerjaan dan peralatan yang digunakan lebih murah dan mudah.

Kekurangan : minyak atsiri dari bahan dapat terbawa oleh pelarut pada saat pemisahan.

à Perlu ketelitian pada saat pemisahan





Ekstraksi secara tak langsung

Kelebihan : menghasilkan oleoresin lebih optimal (efisien)

Kekurangan : proses pengerjaan lebih mahal dan rumit

TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINYAK ATSIRI

Sumber Pustaka

Guenther, Ernest, 1987. Tanamana Minyak Atsiri jilid 1 diterjemahkan oleh

S. Kataren Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Sudarmadji, Slamet, dkk, 1997, Prosedur Analisa untuk Makanan dan

Pertanian, Yogyakarta : Penerbit Liberty

Tony Luqman, 2000. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta :

Penerbit Swadaya.

Pendahuluan

Minyak atsiri yang beredar dipasaran dunia sekitar 70 macam. Di Indonesia terdapat sekitar 40 spesies tanaman yang menghasilkan minyak atsiri.

Telah dikembangkan 12 macam dan baru diekspor 9 macam.

Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai macam bagian tanaman seperti ; Akar, batang, ranting dan daun bunga dan buah.

Jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri sekitar

150-200 spesies tanaman yang termasuk dalam famili pinaceae,

labiateae, compoisitae, lauraceae, myrtaceae dan umbelliferaceae

Perkembangan Minyak Atsiri Dunia

Negara-negara berkembang pada umumnya berusaha memproduksi jenis minyak atsiri yang menjadi andalannya, seperti :

- Madagaskar : minyak cengkeh, ylang-ylang

- Cina : minyak sereh, lemon, nilam, akar wangi

- Tanzania : minyak cengkeh

- Srilanka : minyak pala, cengkeh, kayu manis, palmarosa

- India : minyak lada, cendana, eucalyptus, jahe

- Taiwan : minyak sereh wangi

- Haiti : minyak akar wangi

- Thailand : minyak lada

- Malaysia : minyak sereh wangi, nilam, lada

- Indonesia : minyak kenanga, akar wangi, nilam,

cendana, cengkeh, sereh wangi, pala

Perkembangan Industri Minyak Atsiri Indonesia

Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah mulai didirikan sejak zaman penjajahan namun sangat lambat karena pengolahannya masih dengan cara tradisional.

Hingga tahun 1993 jumlah jenis minyak atsiri Indonesia yang berhasil memasuki pasaran dunia hanya 14 jenis, sedangkan jumlah komoditas minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai sekitar 70 jenis dan sekitar 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia.

Jenis tanaman minyak atsiri yang saat ini telah dan sedang dikembangkan sekaligus diprduksi minyaknya, antara lain : akar wangi, cendana, cengkeh, jahe, kamper, kayu manis, kayu putih, kemukus, kenanga, lada, nilam, pala, dan sereh wangi.

Jenis tanaman minyak atsiri lainnya yang mempunyai peluang untuk dikembangkan yaitu : adas, eucalyptus, tangkai bunga cengkeh, gandapura, kapulaga, lemon, jeruk, melati, palmarosa, dan peppermint.

Sentra produksi minyak atsiri di Indonesia antara lain :

-Nangroe Aceh Darussalam (minyak nilam, pala)

-Sumatra Utara (minyak nilam)

-Bengkulu (minyak jahe)

-Jawa Barat (minyak akar wangi, daun cengkeh, sereh wangi, jahe)

-Jawa Tengah (minyak daun cengkeh, minyak jahe, minyak kenanga)

-Jawa Timur (minyak daun cengkeh, minyak kenanga)

-Maluku (minyak pala, kayu putih)

-Nusa Tenggara Timur (minyak cendana)

Karakteristik Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau minyak etheris atau volatile oil merupakan minyak yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Pada umumnya minyak jenis ini larut didalam pelarut-pelarut organic dan tidak dapat larut didala air.

Minyak atsiri secara umum terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O), kadang-kadang juga terdiri dari nitrogen (N) dan belerang (S). Minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan komponen yang tidak menguap. Berdasarkan komposisi kimia dan unsur-unsurnya minyak atsiri deibagi dua, yaitu Hydrocarbon dan Oxygenated hydrocarbon.

Kegunaan Minyak Atsiri

1.Sebagai bahan pewangi dan penyedap.

2.Sebagai bahan antiseptic internal dan eksternal, bahan analgesic, haemolitic atau sebagai antizymatik, sebagai sedative, stimulats untuk obat sakit perut, dan sebagai obat cacing.

3.Sebagai penyedap yang mepunyao bau yang menyenangkan dan juga membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi.

4.Sebagai penetralisir bau yang tidak enak dari bahan, seperti bau busuk dari kulit sintetis.

Metode Pengambilan Minyak Atsiri

Metode pengambilan minyak atsiri dapat dilakukan melalui 3 metode, yaitu :

1. Metode Penyulingan.

2. Metode Ekstraksi Dengan Pelarut.

3. Metode Pengempaan.

1. Metode Penyulingan

Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu :

1. Penyulingan dengan air (water destilation).

2. Penyulingan dengan air dan uap (water and

steam destilation).

3. Penyulingan dengan uap langsung ( steam

destilation)

Peralatan Penyulingan

Alat-alat yang diperlukan dalam penyulingan tergantung pada banyaknya bahan dan metode penyulingan yang dilakukan. Ada tiga bagian alat yang merupakan peralatan dasar, yaitu : ketel suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung hasil kondensasi (receiver), sedangkan untuk penyulingan uap diperlukan bagian tambahan yaitu ketel uap.

1.Ketel Suling (retor), berfungsi sebagai wadah air dan atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan serta untuk menguapkan minyak atsiri.

2.Pendingin (kondensor), berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak menjadi fase cair. Kondensor terdiri dari 4 tipe, yaitu : kondensor kisi, kondensor pipa lurus, kondensor berpilin, kondensor tubular.

3.Penampung hasil kondensasi (receiver) yang berupa alat pemisah minyak (decanter) yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air suling (condesed water), dimana air suling tersebut akan terpisah secara otomatis dari minyak atsiri.

4. Ketel uap berfungsi sebagai sumber penghasil uap.

Kelemahan – kelemahan Metode Penyulingan

1.Penyulingan dengan uap air atau air mendidih yang relatif lama cenderung merusak komponen minyak karena proses hidrolisasi, polimerisasi, dan resinifikasi.

2.Komponen minyak yang bertitik didih tinggi, khususnya yang larut dalam air tidak dapat diangkut oleh uap air sehingga rendemen minyak yang dihasilkan lebih rendah.

3.Komponen tertentu dapat terurai di dalam air suling dan tidak dapat diperoleh kembali.

Peralatan Penyulingan Minyak Atsiri



2. Metode Ekstraksi Dengan Pelarut

Cara kerja ekstraksi dengan pelarut yaitu dengan memasukkan bahan ke dalam ketel ektraktor khusus dan kemudian ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu kamar dengan menggunakan petroleum eter sebagai pelarut yang akan berpenetrasi ke dalam bahan dan melarutkan minyak serta beberapa jenis lilin serta pewarna. Larutan tersebut kemudian di pompa ke dalam evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah dalam keadaan vakum sehingga diperoleh minyak yang pekat.

Minyak hasil ekstraksi dengan pelarut mempunyai keunggulan, yaitu mempunyai bau yang mirip bau wangi ilmiah.

Pelarut yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Dapat melarutkan semua jenis zat wangi dengan cepat dan sempurna tetapi sedikit melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, dan senyawa albumin (selektif).

2. Mempunai titik didih yang cukup rendah supaya pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.

3. Pelarut tidak boleh larut dalam air.

4. Bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak.

5. Mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak akan tertinggal dalam minyak.

6. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar.

3. Metode Pengempaan

Metode ini biasanya digunakan untuk mendapatkan minyak jeruk seperti minyak lemon dan minyak orange.

Metode pengempaan biasanya dilakukan dengan alat pengempaan (lumpang dan alu).

Pengelahan Minyak Atsiri

Proses pengolahan minyak atsiri dengan metode penyulingan dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut :

1. Tahapan Persiapan Bahan

Tahapan persiapan bahan meliputi perajangan / pengecilan ukuran dengan ukuran tergantung pada jenis bahan, kecuali untuk bunga, daun atau bahan yang berukuran tipis. Perajangan dimaksud membuka kelenjar minyak selebar mungkin sehingga rendemen minyak lebih banyak dan waktu penyulingan lebih singkat.

2. Tahap Proses Penyulingan

Adapun tahap penyulingan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a.Bahan tanaman sumber minyak atsiri dimasukkan dalam ketel suling sesuai dengan kapasitas suling. Pengisian bahan diusahkan jangan terlalu padat karena dapat mengurangi efesiensi jumlah minyak yang tersuling, dan untuk penyulingan air bahan harus terendam.

b.Bahan yang ada dalam ketel suling selanjutnya akan dipanasi dengan uap panas yang basah serta memenasi sel atau kantung kelenjar yang berisi minyak.

c.Uap yang telah memasuki seluruh bahan akan keluar melalui leher ketel suling menuju kondensor atau pendingin.

d.Selanjutnya di dalam kondensor, uap yang terdiri dari air dan minyak akan diembunkan menjadi fase cair/destilat.

e.Destilat akan tertampung dalam wadah pemisah air dan minyak. Karena ada perbedaan berat jenis maka minyak dan air akan terpisah.

f.Proses penyulingan selesai apabila destilat atau hasil sulingan yang ditampung tidak mengandung minyak lagi. Lamanya proses penyulingan tergantung bahan tanaman yang disuling.

Pengujian Minyak Atsiri

Pengujian Sifat Fisika

A.Bobot Jenis

-Nilai bobt jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada suhu 15oC dan pada umunya nilai tesebut lebih kecil dari 1.000 untuk tiap jenis minyak

-Nilai bobot jenis (BJ) minyak atsiri pada suhu 15oC / 15oC didefinisikan sebagai perbandingan antara berat minyak pada suhu 15oC dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada suhu 15oC.

-Untuk penetapan nilai bobot jenis, ketelitian angka ditentukan sampai 3 desimal, sehingga alat hydrometer jarang digunakan. Neraca Mohrwestphal dapat juga digunakan, tetapi membutuhkan sejumlah besar contoh minyak. Piknometer dapat digunakan untuk menetapkan nilai bobot jenis secara praktis.

-Untuk pekerjaan rutin nilai bobot jenis minyak dapat ditentukan pada suhu kamar, kemudian dibandingkan dengan bobot jenis air pada suhu 15oC dengan cara mengurangi nilai bobot jenis tersebut dengan faktor koreksi pada suhu 15oC/ 15oC.

-Dalam penyidikan oleh Bosart, nilai koreksi berkisar antara 0,00070 sampai 0,00099 per 1oC berlaku untuk 42 jenis minyak atsiri yang diuji.

-Menurut “The United States Pharmacopoeia” dan “The National Formulary” sebagian besar nilai bobot jenis minyak atsiri dinyatakan dalam 25oC/ 25oC, sedangkan menurut “The British Pharmacopoiea” penentuannya dilakukan pada 15,5oC/ 15,5oC.

-Bobot jenis dapat dihitung dengan rumus :



B. Putaran Optik

-Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam sinar atau cahaya yang dipolarisasikan mempunyai sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan (dektrotatory) atau Kekiri (laevorotatory).

-Sudut rotasi tergantung dari sifat cairan, panjang tabung yang dilalui sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan dan suhu.

-Derajat rotasi dan arahnya penting untuk menentukan criteria kemurnian arah perputaran bidang polarisasi biasanya menggunakan tanda (+) untuk menunjukkan dextrorotation dan tanda (-) untuk laevorotation.

-Pembacaan skala untuk cairan optis aktif berbanding lurus dengan kolom tranmisi cairan, maka digunakan tabung standar yang panjangnya 100 mm. jika tabung lebih panjang atau lebih pendek dari 100 mm maka perhitungan rotasi dikalibrasikan dengan nilai rotasi yang menggunakan tabung 100 mm.

Nilai putaran optik dari minyak atsiri pada berbagai suhu biasanya tidak dihitung dan biasanya pengukuran rotasi optik dilakukan pada suhu kamar. Biasanya tidak dibuat koeksi putaran optil pada berbagai tingkat suhu kecuali pada minay sitrus yang mengandung terpen aktif dalam jumlah besar.

C. Indek Bias

-Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih pada, maka sinar akan membelok atau membias dari garis normal, jika e adalah sudut sinar bias dan I sudut datang maka menurut hukum pembiasan;



Dimana n adalah indeks bias media kurang padat dan N indeks bias media lebih padat

-Refraktometer adalah alat yang tepat dan cepat untuk menentukan indeks bais. Dari beberapa tipe refraktometer yang dianggap paling baik adalah refraktormeter Pulfrich dan Abbe dengan kisaran 1,3-1,7.

-Dalam menentukan indeks bias,minyak harus dijatuhkan dari panas dan cuaca lembab sebab uadara dapat berkondensasi pada permukaan prisma yang dingin.

-Semua Pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan tidak diperkenankan menggunakan factor koreksi dibawah suhu 20oC.

-Pengukuran indeks bias di atas atau dibawah suhu 20oC harus dilakukan koreksi. Jika indeks bias suhu diatas 20oC maka nilai harus ditambah dengan faktor koreksi dan sebaliknya.

D. Kelarutan

1.Kelarutan Dalam Alkohol

Kelarutan minyak tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Kelarutan dapat mudah diketahui dengan menggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi.

Kelarutan Dalam Media Non-Alcohol

Pada minyak yang kaya akan komponern oksigeneted seringkali mengadung air terlarut. Hal ini terutama terjadi pada minyak yang banyak mengandung fenolat misalnya : Minyak Bay

E. Kenampakan dan Warna

Warna dan kenmpakan minyak dilakukan secara organoleptik

F. Bilangan Asam

Pengujian terhadap bilangan asam suatu minyak atsiri sebagai berikut :

a.Menimbang 2,5 gram minyak atsiri dan labu Erlenmeyer 250 ml.

b.Menambahkan 25 ml ethanol 95% dan 3 tetes indicator PP (phenophtalein)

c.Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N hingga tercapai warna merah muda dan mencatat ml NaOh yang digunakan

d.Apabila dalam penentuan ini diperlukan NaOH 0,1 lebih dari 10 ml, maka analisis harus diulangi lagi tetapi dengan menggunakan sampel 1 gr minyak yang dititrasi dengan NaOH 0,5 N.

e.Bilangan asam suatu minyak didefenisikan sebagai jumlah milligram KOH/NaOH yang diperlukan untuk menetralisir asam bebas dalam 1gr minyak atsiri dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut





G. Bilangan Ester

a.Menimbang 1,5 gr sampel minyak dalam Erlenmeyer 250 ml

b.Menambahkan 5 ml ethanol 95% dan 3 tetes indicator PP

c.Menetralkan asam bebas yang terdapat dalam larutan tersebut dengan menggunkan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah

d.Menambahkan beberapa tetas lagi indicator PP dan titrasi kelebihan NaOH 0,5 N dengan menggunkan HCL 0,5 N hingga kembali semula

e.Melakukan cara yang sama untuk memperoleh titrasi blanko

f.Bilangan ester didefenisikan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan ester yang terdapat dalam 1 gram minyak dan dihitung dengan rumus :



Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan dapat ditentukan dengan bilangan asam dan bilangan ester