Sabtu, 21 Februari 2009

material balance pada proses produksi kelapa sawit

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia, melainkan berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama kali sebagai sentra plasma nuftah pada tahun 1848, yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Hasil dari tanaman yang telah tumbuh dibawa ke Deli (Sumatra Utara). Pada tahun 1869 kelapa sawit ditanam di Muara Enim (Sumatra Selatan) dan pada tahun 1878 di tanam di Muara Hulu serta pada tahun 1890 ditanam di Belitung.
Kebun industri kelapa sawit pertama kali dibuka pada tahun 1911 di tanah itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultur dan di pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatera – RCMA, kemudian oleh Seumadam Cultur Mij, dll. Sampai tahun 1915 baru mencakup areal seluas 2.715 Ha, yang ditanam bersamaan dengan tanaman lain seperti kopi, kelapa, karet dan tembakau.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis.j.) merupakan salah satu tanaman pengahasil minyak yang mempuyai prospek cukup cerah dimasa mendatang. Potensi yang dimiliki oleh tanaman ini adalah pada keanekaragaman kegunaan minyak dari kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan mentah dalam industri pangan maupun non pangan.
Di Indonesia kelapa sawit sangat penting dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, karena digunakan sebagai komoditas andalan untuk ekspor maupun komoditi yang nantinya dapat diharapkan meningkatkan pendapatan atau menghasilkan devisa bagi negara, meningkatkan harkat petani perkebunan dan dapat juga memperluas lapangan pekerjaan yang mengurangi angka penganguran.
Khususnya di Kalimantan hanya dapat mengolah Tandan Buah Segar (TBS) dari tanaman kelapa sawit menjadi mnyak mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan kernel, sehingga masih belum dapat diberikan nilai tambah bagi perusahaan. Dari mutu hasil pengolahan tandan buah segar juga belum memuaskan, sehingga masih diperlukan SDM yang mampu menghasilkan suatu produk yang mempuyai mutu baik. Untuk itu sangat butuhkan strategi dalam pengembagan industri kelapa sawit dimasa yang akan datang yang memacu pada penganekaragaman dari tanaman kelapa sawit serta dapat bersaing secara baik secara nasional maupun internasional. (Aldin, V. Lubis, November 1992. “Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia Marihat – Bandar Kuala”, Pematang Siantar – Sumatera Utara).
Di Kalimantan Barat merupakan daerah yang sangat cukup luas untuk perkembangan dan industri kelapa sawit, karena di Kalimantan Barat memiliki sumber daya alam yang memadai dan didukung oleh SDM yang dimiliki serta areal perkebunan maupun keanekaragaman produk jadi yang dapat dipasarkan dan dapat menghasilkan nilai tambah yang lebih besar jika dibandingkan dengan pengolahan TBS sampai menjadi minyak mentah (CPO) dan kernel.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Sanggau yang telah dimulai sejak tahun 1979, kini telah memasuki masa 27 tahun. Bahwa untuk pelaksanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit tersebut, mempergunakan tanah - tanah adat masyarakat adat baik berupa hak ulayat maupun tanah - tanah kelola yang digarap secara turun - temurun.
Berdasarkan data tahun 2005, luas areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Sanggau telah mencapai 131,148.64 hektar, yang terdiri dari perusahaan besar milik negara seluas 20,512.60 hektar, perusahaan swasta nasional 30,453.40 hektar, dan perusahaan swasta asing 21,999.30 hektar. Sedangkan luas kebun petani plasma kelapa sawit mencapai 77,383.30 hektar.
Pada tahun 2004 produksi kelapa sawit mencapai 1,059,335.104 ton dari total 119,617.90 hektar tanaman kelapa sawit produktif. Petani plasma berkontribusi terhadap produksi kebun sebesar 197,345.03 ton CPO per tahun. Produktifitas kebun plasma per tahun berkisar 11,56 ton CPO per hektar. Produktifitas perkebunan kelapa sawit milik pemerintah, perusahaan swasta nasional dan perusahaan swasta asing mencapai 13,046 ton CPO per hektar per tahun.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit telah berperan membantu meningkatkan penghasilan masyarakat khususnya yang terlibat dalam kemitraan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
(http://spkskalbar.blogspot.com/2007/06/deklarasi-serikat-petani.html)
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah:
1.Agar dapat mengetahui proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan kernel (inti) di PTPN XIII PMS Rimba Belian.
2.Memberikan kesempatan bagi mahasiswa agar nantinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.
3.Dapat menerapkan teori yang telah didapat pada perkuliahan kelapangan sehingga dapat memahami proses yang terjadi dalam pengolahan kelapa sawit.
4.Dapat membekali mahasiswa dengan pengalaman dan keterampilan di dalam dunia kerja yang dapat bermanfaat setelah terjun ke masyarakat.














BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Dalam usaha untuk memanfaatkan lahan kritis di daerah Kalimantan Barat, maka pada tahun 1975 Gubernur Tingkat I Propinsi Kalimantan Barat mengusulkan kepada Depertemen Pertanian agar melakukan survey untuk mengetahui kemungkinan pembukaan lahan kelapa sawit di daerah Kalimantan Barat. Surat Gubernur nomor 01/A-1/X/13 tanggal 22 April 1975 ditanggapi oleh Surat dari Menteri Pertanian no.210/Mentan/111/1978 tanggal 10 Maret tentang penugasan survey dan studi kelayakan di Kalimantan Barat.
Pada tahun 1978 Menteri Pertanian telah menugaskan PTP VII untuk mengadakan survey serta untuk studi kelayakan usaha perkebunan besar dengan komoditi kelapa sawit di Kalimantan Barat. Pada bulan Juni / Juli 1978 PTP VII telah melakukan survey pada wilayah Landak, Parindu, Meliau, Sekadau. Bersasarkan survey tersebut dibuat studi kelayakan proyek seluas 30.000 Ha tanaman dengan lokasi yang dipilih yaitu Kecamatan Parindu dan Meliau di Kabupaten Sanggau.
Berdasarkan Surat no.267/Mentan/IV/1981 maka dilakukanlah pembagunan pabrik minyak kalapa sawit yang dirancang pada tahun 2002 dan peresmian pada tahun 2004.
Peresmian untuk pengoperasian pada tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 25 Febuari 2004 dengan kapasitas 30 tonTBS/Jam. Adapun alasan dirikannya PMS Rimba Belian, karena PMS Parindu dan PMS Gunung Meliau tidak dapat menampung buah, sedangkan PMS Ngabang letaknya terlalu jauh, sehingga biaya yang keluarkan terlalu tinggi.

2.2 Deskripsi Geografis dan Administratif.
PMS Rimba Belian terletak di desa Semerangkai Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat. Adapun dasar pemilihan lokasi pabrik:
1. Pembagunan dilakukan di dekat Sungai Kapuas sehingga memudahkan dalam proses pengolahan dengan tersedianya air dan proses pengangkutan hasil produksi untuk tahap pengiriman.
2. Pemamfaatan lahan kritis yang jumlanya beribu ribu hektar sehingga dapat menambah pendapatan atau devisa bagi daerah.
3. Bahan baku olah yang berupa Tandan BRimba uah Segar diperoleh dari kebun Gunung Meliau, Sungai Dekan, RimbaBelian, dan Gunung Mas.
4. Lahan pabrik cukup tinggi di atas bukit sehingga aman dari bahaya banjir.

2.3 Struktur Organisasi PMS Rimba Belian.
Gambar 1. Struktur Organisasi PMS Rimba Belian








2.4 Pengaturan Kerja
Menurut Jam Kerja Karyawan PMS Rimba Belian terdiri dari karyawan shift dan karyawan harian. Karyawan shift siang dan shift malam adalah karyawan pengolahan berjumlah 56 orang, 29 orang shift siang dan 27 orang shift malam. Karyawan harian (pelaksana) berjumlah 64 orang, karyawan harian (pimpinan) berjumlah 9 orang. Jadwal kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel.1.
Tabel 1 Jadwal Kerja Karyawan PMS Rimba Belian
Hari Karyawan Masuk Istirahat Keluar
Senin s/d Sabtu Shift siang
Shift malam 07.00
18.00 12.00 - 13.00
24.00 – 01.00 18.00
07.00
Senin s/d kamis Harian
harian 07.00
07.00 11.00 – 13.00
11.00 – 13.00 18.00
18.00
Jum’at Harian 07.00 11.00 – 13.30 16.00
Sabtu Harian 07.00 Tanpa istirahat 13.00

2.5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Staf tenaga kerja dan karyawan PMS Rimba Belian bertempat tinggal di perumahan yang telah disediakan oleh pihak PMS Rimba Belian. Perumahan yang ditempati tidak jauh dari lokasi pabrik.
Demi kesejahteraan para karyawannya PMS Rimba Belian menyediakan beberapa prasarana yaitu surau, gereja, poliklinik, lapangan olahraga ( bola volley, bola kaki dan tenis ), sedangkan untuk jaminan kerja/jasa para karyawannya juga diberikan beberapa tunjangan yang terdiri dari asuransi tenaga kerja ( ASTEK ), uang pensiun, cuti tahunan dan cuti panjang.


2.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Salah satu program di PMS Rimba Belian adalah K3 Keselamatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja. Di dalam melakukan pekerjaan yang terpenting adalah keselamatan dimana setiap tempat kerja merupakan tempat yang berbahaya, untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan terhadap tenaga kerja. Sasaran K3 adalah untuk menjaga tanaga kerja selalu aman dan sehat, mengamankn sumber produksi dan agar proses produksi berjalan lancar disetiap stasiun. Salah satu contoh dari penerapan K3, karyawan pengolahan harus menggunakan sepatu boot dan mengenakan sarung tangan. Tujuan mengenakan sepatu boot adalah untuk mencegah agar karyawan tidak jatuh dikarenakan lantai licin. Sarung tangan dikenakan bertujuan untuk melindungi tangan agar tidak terluka. Perlindungan tenaga kerja di PMS Rimba Belian berupa Ansuransi Tenaga Kerja (ASTEK).











BAB III
PROSES PRODUKSI

3.1 Bahan Baku
Bahan Baku adalah salah satu unsur proses produksi, yang diolah melalui proses untuk dijadikan produk. Bahan baku yang baik memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hasil produk yang baik bila di proses dengan benar. Karenanya selain mutu yang baik pada bahan baku diperlukan lagi persyaratan yang lain untuk mendapatkan hasil pengolahan yang baik yaitu jumlah yang cukup dan waktu yang tepat. Dengan demikian dapat kita lihat persyaratan bahan baku yang harus dipenuhi adalah :
1. Memenuhi persyaratan mutu
2. Volume yang mencukupi terhadap kapasitas pabrik
3. Waktu yang tepat tiba dipabrik
Bila salah satu persyaratan diatas tidak dipenuhi maka efisiensi dan efektifitas menjadi tidak terwujud seperti yang diharapkan.
Bahan baku utama didalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi minyak mentah (CPO) adalah berupa tandan buah segar (TBS). Tandan buah segar itu sendiri adalah tandan buah normal tanaman Elaeis guineensis.j. yang diterima pabrik
Maksimum 24 jam setelah dipotong dengan batasan waktu selambat – lambatnya tiba di loading ramp. Dalam proses produksinya akan menghasilkan produk utama yaitu minyak mentah (CPO) dan kernel. Disamping itu juga mengasilkan ampas (fibre) dan cangkang yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, tandan kosong digunakan sebagai pupuk untuk penyubur tanaman kelapa sawit itu sendiri serta untuk tanaman lain juga dalam limbah cair



3.1.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku utama di PMS Rimba Belian untuk proses pengolahan atau produksinya adalah Tandan Buah Segar (TBS) yang berasal dari perkebunan Gunung Meliau, Sungai Dekan, Gunung Emas (perkebunan inti), KUD Pangusuma. Di PMS Rimba Belian menerima tandan buah segar (TBS) sekitar ±400 ton/ hari dan ±800 ton / hari pada waktu panen puncak. Penilaian tarhadap mutu dari TBS didasarkan pada standar produksi tandan.

Tabel 2 Derajat Kemantangan Buah
No Kematangan Fraksi Jumlah brondolan Keterangan
1

2


3


Mentah

Matang


Lewat matang 00
0
1
2
3
4
5 Tidak ada yang berwarana hitam
1-12,5% buah luar membrondol
12.5%-25% buah luar membrondol
25%-50% buah luar membrondol
50%-75% buah luar membrondol
75%-100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol,ada yang busuk. Sangat mentah
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat matang I
Lewat matang II

3.1.2 Bahan Baku Pembantu
Bahan baku pembantu dalam proses pengolahan produksi minyak mentah (CPO) adalah Raw Water atau air pengolahan yang mengunakan bahan kimia separti Tawas/Alumunium Sulfat (12.040 gr/ton TBS), soda Ash (60gr/ton TBS), koporit (1-2 gr/ton TBS), serta kebutuhan air/ton TBS (1,20 – 1.50 m2).
Dalam pengolahan air yang digunakan bersatu 80 – 90oC yang tujuannya untuk menurunkan viskositas minyak, sedangkan steam yang berasal dari stasiun pembangkit tenaga uap yaitu berupa uap kering yang dapat menggerakan alat- alat yang digunakan dalam proses pengolahan.
3.2 Proses Pengolahan CPO
Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak mentah (CPO) dan inti (kernel) pada PMS Rimba Belian dibagi menjadi beberapa stasiun, yaitu sebagai berikut :
3.2.1 Penanganan Bahan Baku
Penentuan minyak mentah (CPO) lebih ditentukan pada saat pemanenan TBS diperkebunan, karena pada waktu pemanenan, ALB sudah terbentuk dengan terdapatnya cacat pada TBS karena adanya enzim lipase dan terjadinya oksidasi.
Oleh karena itu TBS yang telah dipanen harus diolah sehingga dapat menurunkan kadar ALB. Untuk menghindarkan peningkatan ALB, proses pengolahan terhadap TBS diharapkan harus dilakukan dengan cepat jangan sampai TBS yang ada menginap lebih dari 24 jam.
TBS yang sudah diterima di pabrik, sebelumnya ditimbang di jembatan penimbang. Di PMS Rimba Belian jembatan penimbang mempunyai kapasitas 40 ton. Tujuan dari penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah TBS yang masuk ke pabrik. Berat TBS yang akan diolah dapat diketahui melalui perhitungan berat bruto (berat kotor = berat truk + TBS) dikurangi berat tarra (berat truk kosong), maka didapatkan hasil netto (berat bersih / berat TBS). Selain untuk mengetahui berat TBS, penimbangan juga untuk mengetahui produksi perkebunan, pembayaran upah dan perhitungan rendemen minyak sawit.
3.2.2 Sortasi dan Grading Bahan Baku
TBS yang telah ditimbang pada jembatan timbang kemudian dibawa ke stasiun penerimaan buah untuk disortasi. Sortasi dilakukan untuk mengetahui mutu TBS yang masuk dengan cara menghitung jumlah fraksi yang telah ditentukan yaitu fraksi 00,0, 1, 2, 3, 4 dan 5 serta untuk mengetahui tingkat kematangan buah. Sortasi buah dilakukan untuk mengontrol, mengawasi dan memeriksa TBS yang diterima oleh pabrik. Dari sortasi yang dilakukan rata – rata fraksi yang paling banyak adalah fraksi 3, 4 dan fraksi 5 (lewat matang akibat terjadinya penimbuanan buah). Pada dasarnya pengolahan TBS yang diinginkan adalah TBS dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal.
Setelah dilakukan sortasi kemudian buah dimasukkan kedalam loading ramp untuk selanjutnya dimasukkan kedalam lori. Loading ramp adalah tempat penimbunan sementara dan tempat pemindahan TBS ke lori. Loading ramp di PMS Rimba Belian memiliki derajat kemiringan 30 derajat. Loading ramp yang digunakan sebanyak 20 pintu, yang dioperasikan dengan sistem motor hidroulik.
3.2.3 Perebusan (Sterillizer)
Lori yang telah berisi penuh oleh Tanaman Buah Segar (Kapasitas maksimal 3.5 ton) ditarik dengan mengunakan tracklier (tali kaat / sling) yang dihubungkan dengan tenaga listrik menuju kabel rebusan (strilizer). Strilizer yang digunakan di PMS Rimba Belian berjumlah 2 buah, dimana 1 buah strilizer dapat memuat 9 lori (25 ton) yang berarti 2 strilizer adalah 2,8 – 3 kg/cm2 dengan suhu normal 120 – 1400C, serta siklus perebusan yang baik antara 100 – 120 menit.
Selama proses perebusan berlangsung, untuk menaikan tekanan tinggi menjadi 3 tahap yaitu 5 menit sebelum tekanan pertama dinaikan (steam masuk /1,5 kg/cm2) udara yang ada di sterilizer di buang, kemudian sebelum 10 menit tekanan kedua (2.0 kg/cm2) air kondensat didalam sterilizer dibuang, dan sebelum 15 menit tekanan ketiga di naikkan (72,3 kg/cm2) air kondensat dan steam dibuang agar tidak terjadi penyemburan steam pada waktu pembukaan pintu strilizer (pengeluaran buah). Adapun tujuan pembuangan air kondensat dan steam agar TBS yang direbus masak dengan sempurna / merata.
Pola perebusan yang umumnya digunakan ada dua yaitu: double peak/dua puncak (85 – 95 menit) dan triple peak/tiga puncak(80 – 85 menit). Di PMS Rimba Belian pola perebusan yang sering digunakan/dilakukan dalam keadaan normal yaitu pula dua puncak, sedangkan apabila terjadi panen puncak, maka digunakan pola rebusan tiga puncak, dimana siklus rebusan yang dilakukan selama 90 menit.
Perebusan buah dengan pola double peak dilakukan dengan urutan dan waktu, sebagai berikut:
1. Deaerasi = 2,5 menit
2. Pemasukan dan pembuangan pada puncak I = 20 menit
3. Masa penahanan tekanan = 60 menit
4. Pembuangan uap terakhir = 7,5 menit
----------------
Total = 85 menit
Sedangkan untuk pola perebusan triple peak adalah,sebagai berikut:
1. Deaerasi = 2,5 menit
2. Pemasukan dan pembuangan = 25 menit
3. Masa penahanan tekanan = 50 menit
4. Pembuangan uap terakhir = 7,5 menit
-----------------
Total = 85 menit
Adapun fungsi dari stasiun perebusan adalah untuk menghasilkan buah yang terebus secara optimal dengan waktu, tekanan, suhu dan sistem perebusan yang sesuai dengan standar. Dimana tujuanya adalah untuk menonaktifkan enzim lipase dan oksidasi,mempermudah pelepasan brondolan dari tandanya, melunakan daging buah, mengurangi kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkang.
3.2.4 Pembantingan (Thresher)
Setelah perebusan selesai maka lori – lori yang berisikan tandan buah yang direbus di keluarkan dengan cara ditarik oleh traklier yang dihubungkan dengan motor listrik, kemudian diangkat dengan mengunakan hoisting crane yang digerakan dengan motor listrik.

Hoisting crane yang membawa lori yang berisikan buah rebusan ke bak penebah / drum thresing mempuyai waktu ± 2 menit pada saat pengangkatan lori sampai kembai kebawah.Lori ke outofeeder. Kemampuan bak penebahan di Rimba Belian hanya dapat menampung sebanyak 3 lori (9,5 ton), dimana untuk penggantian isi lori kedalam bak penebahan memerlukan waktu ± 5 menit itupun thresher yaitu 23 – 25 Rpm buah yang terlepas dari tandanya di tampung oleh fruit conveyor under threshing kemudian dibawa oleh fruit elevator untuk distribusikan kesetiap unit digester oleh distributing conveyor. Untuk tandan kosong akan jatuh pada belt conveyor. Untuk tandan kosong akan jatuh pada belt conveyor dan akan dibawa ke incline empety bunch conveyor untuk ditampung pada incenerator. Di PMS Gunung Meliau incenerator sudah tidak di pergunakan lagi, karena untuk menciptakan awan biru sehingga tandan kosong yang di hasilkan pada stasiun ini akan di bawa oleh truk untuk ditebar di areal perkebunaan yang berfungsi sebagai pupuk dan mulsa bagi tanaman.
3.2.5 Pelumatan Buah (digester)
Digester merupakan bagian dari stasiun kempa yang berfungsi untuk melumatkan brondolan yang telah dirontokan, minyak dapat diekstraksi di screw press secara maksimum dan bijinya dapat terlepas, untuk dapat memiriskan minyak bebas sehingga mengurangi volume massa yang akan dikempa dan untuk menaikan suhu massa guna untuk memudahkan proses pengempaan, digester memiiki suhu stem dengan massa 90 – 0C. Buah yang telah membrondolkan dari mesin penebah melalui elektor masuk ke mesin pengukur (digester). Didalam digester buah akan di aduk dan dirajang oleh pisau - pisau pengaduk dan pelumat, sehingga sebagian besar daging buah akan terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik apabila isi ketel selalu di pertahankan dalam keadaan penuh.
Digestar merupakan alat pengaduk yang berbentuk silinder tegak dan bagian dalamnya terdapat pisau yang berputar sebanyak 6 tingkat yang terdiri dari pisau pengaduk, pisau pelumat dan pisau pengumpan/pengeluaran. Letak pisau dibuat berselang – selang agar pengadukan terjadi secara optimal/sempurna. Brondolan yang dilumatkan dalam digester mengunalkan panas selama 20 – 25 menit.
3.2.6 Pengempaan Buah (pressing)
Setelah keluar dari tempat pelumatan massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press dengan tekanan 40 – 60 bar dengan mengunakan air pengencer. Screw press bersuhu antara 90 – 950 C sebanyak 20 – 50% dari TBS. Sehingga air tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penggepresan minyak dapat keluar secara optimal, serta keenceran minyak dapat bertahan dan berlagsung dengan baik. Serta fungsi dari screw press itu sendiri adalah mengambil minyak dari massa adukan buah yang berasal dari digester. Untuk penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter yang kemudian dialirkan ke stasiun klarifikasi, dimana penambahan air ini berfungsi sebagai penurunan viskositas dari minyak itu sendiri.
3.2.7 Klarifikasi dan Pemurnian Minyak.
Minyak yang keluar dari screw press merupakan minyak kasar sehingga diperlukan pemurnian. Minyak dari screw press terdiri dari minyak, padatan bukan minyak yang terdiri dari partikel – partikel cangkong (NOS =Non Oil Solid) dan serabut serta 40 – 50 % air.
Dalam minyak kasar itu terdapat fase yang sulit dipisahkan,dengan satu cara,maka dilakukan pemisahan dari fase minyak tersebut,yaitu Fase NOS dan fase air yang diakukan dengan beberapa tahapan,yaitu sebagai berikut:
1.Penyaringan Minyak
Minyak kasar yang telah diencerkan kemudian akan masuk ke sand trap tank yang berfungsi untuk mengendapkan pasir dan serabut yang selanjutnya disaring di vibrating screen yaitu untuk memisahkan serbuk halus dan bahan- bahan kasar lainya sebelum dipompakan ke CST serta mengurangi kekentalan
crude oil dengan penambahan air panas.
Kemudian dari vibrating screen minyak yang telah disaring ditampung dalam tangki minyak kasar (COT). Minyak kasar yang telah disaring selanjutnya dialirkan kedalam crude oil tank dengan suhu tetap dipertahankan sekitar 90 – 950C kemudian dengan mengunakan crude oil tank minyak dipompakan ke continous settling tank (CST).

1.1.Pengendapan Minyak di Continous Settling Tank (CST)
Minyak dalam tangki ini masih bercampur dengan slugde(Lumpur,air dan kotoran). Dimana fungsi dari CST adalah memisahkan minyak murni dan sludge berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Minyak kasar dari slugde iol tank dipompa masuk ke CST di bak i kemudian diencerkan dengan air panas dan di berikan uap steam dengan suhu 90-950C, kemudian dialirkan ke bak II melalui dasar bak. Didalam bak dilakukan pemanasan dengan mengunakan pipa pemanas dan ditengah – tengah bak dilengkapi serat – serat sehingga aliran minyak menjadi tenang. Dengan demikian minyak akan ke atas sedangkan sludge akan mengedap didasar bak. Minyak yang telah bersih dari sludge berada di lapisan atas yang mengendap di dasar bak. Minyak kemudian alirkan ke oil tank, sedangkan sludge yang masih mengandung minyak akan masuk ke bak III untuk dialirkan ke sludge tank.

1.2.Pemisahan antara minyak dengan air di Oil Tank (Tangki Minyak)
Minyak yang berasal dari CST masih bercampur dengan air atau endapan pada oil tank minyak akan dipisahkan dengan air bersasarkan perbedaan berat jenis dengan pemanasan. Pipa - pipa pemanas dalam tangki akan menyebabkan viskositas cairan berkurang,hal inilah yang akan mempercepat pemisahan air dengan minyak. Berdasarkan berat jenisnya minyak akan naik sedangkan air akan turun ke dasar tangki.



1.3.Pemurnian Minyak di Oil Purifer
Fungsi oil purifier adalah untuk memisahkan sludge yang meleyang atau mengemulsi dalam minyak dan mengurangi kadar air dalam minyak sehingga kadar kotoran dalam minyak diharapkan menjadi lebih kecil 0,02% serta suhu dalam oil purifier berkisar antara 90 – 95o C. Dimana pemurnian lanjutan kecepatan 6000 – 76500 Rpm, maka kotoran dengan air yangberat jenisnya lebih besar dari minyak akan berada di bagian luar oil purifier. Sedangkan minyak yang berada di tengah - tengah selanjutnya akan di keluarkan menuju vacum dryer.
Minyak dari oli purifier di pompa ke vacum dryer,dimana minyak yang masih masuk memiliki kadar air yang cukup tinggi. Adapun fungsi dari vacum dryer untuk mengeringkan minyak pada kondisi vakum melalui proses penguapan agar kadar air lebih rendah 0,1 %.
Minyak pada vacum dryer diuapkan dengan sistem penguapan melalui nozzle. Pada ujung pipa pengaliran minyak, dipasang nozzle yang akan mempersempit pengaliran minyak, sedangkan tekanan pada alat pompa dipertinggi yaitu berkisar 650 – 760 mm/hg sehingga minyak akan menyemprot keluar dengan tekanan pada vacum dryer yaitu 5 ton, dengan temperatur 90 – 95 oc akan menyebabkan air lebih cepat menguap dan keluar melalui lubang di ujung vacum dryer, sedangkan minyak yang lebih bebas dari air akan mengalir ke dinding bejana dan di salurkan ke vompa vacum untuk di alirkan ke pompa timbun. Suhu minyak yang akan di alirkan ke tangki timbun diturunkan temperatur (40 – 45 oc)
3.2.8.Penimbunan Minyak di Storage Tank
Tangki ini berbentuk silinder tegak yang di lengkapi dengan pipa pemanas dengan kapasitas 2100 ton CPO, dengan tinggi tangki 12 meter. Pada PMS Rimba Belian terdapat tiga unit tangki penimbunan crude palm oil (CPO).
Pada tangki timbun tersebut setiap harinya dilakukan pengujian terhadap minyak penyimpanan serta pemanasan juga dilakukan untuk menjaga suhu penyimpanan. Minyak yang terdapat di daam tangki suhunya harus tetap dijaga agar tetap panas dan jangan sampai dingin. Pada tangki timbun di lakukan tiga pengecekan terhadap minyak apabila proses pengolahan berlangsung terus

3.3 Proses Pengolahan Biji.
Pada proses pengolahan biji kelapa sawit, inti sawit di pisahkan dari bijinya dengan cara pemecahan, pembersihan dan mengeringkan inti sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Adapun prosesnya untuk pengolahan inti sawit adalah
a.Pemecahan Ampas Kempa di Cake Breaker Conveyor
Ampas kempa yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan. Oleh karena itu dipecah dengan alat pemecah cake breker conveyor, kemudian ampas akan di angkut menuju fibre cyclon. Untuk mempermudah pemecahan gumpalan ampas dan terbentuknya ampas yang memenuhi standar sebagai bahan bakar pada ketel uap,maka di lakukan pemanasan cake breakar conveyor yang mempuyi suhu 90-95 0 C sehingga air pada ampas akan berjalan dengan sempurna yang menyebabkan kadar air pada ampas akan turun dan mudah diproses lebih lanjut pada depericarper.
b.Pemisahan Ampas dan Biji di Depericarper
Depericarpar berfungsi untuk memisahkan ampas dan biji serta membersihkan biji dari sisa – sisa serabut yang masih melekat. Ampas dan biji yang masih akan terpisah dalam cake breakar conveyor kemudian masuk ke depericarper. Dalam depericarper ampas kering yang berat jenisnya lebih ringan
dari biji akan terhisap oleh blower untuk di salurkan ke fiber cydone, kemudian di tampung ke dalam instansi ketel uap untuk dijadikan bahan bakar pada ketel uap sedangkan biji yang berat jeninya lebih besar akan jatuh ke nut polishing drum.

c.Drum Pemolis di Nut Polishing Drum
Alat ini berfungsi untuk memperlakukan biji lebih lanjut agar biji menjadi bersih. Polishing drum digerakan dengan bantuan motor listrik yang di lengkapi dengan rotasi sebagai pengerak yang berputar dan mengaduk biji saling bergesekan oleh biji itu sendiri maupun dari plat yang ada pada as drum tersebut yang menyebabkan serat masih lengket dengan biji akan lepas dan akan keluar melalui lubang saring pada Nut Polishing Drum dan mauk ke nut elevator.Nut Polishing Drum yang ada pada PMS Rimba Belian ada 2 buah yang masih beroperasi dengan baik. Maksud dari pelepasan serat dari biji adalah untuk mengoptimalkan proses pemecahan biji itu sendiri.
d.Pemecahan Biji di Nut Silo Driyer.
Biji yang ada di nut elevator akan di bawa ke nut silo untuk di keringkan dengan uap panas, pengeringan ini bertujuan untuk memudahkan pemecahan biji dan terlepasnya inti dari dari cangkang. Selain itu pemanasan ini juga untuk mengurangi kadar air inti.
Dengan berkurangnya kadar air maka terdapat rongga antar inti dan cangkang, hal inilah yang memudahkan pada proses pemecahan. Dimana suhu yang ada pada nut silo yaitu 50 oc dan 70 oc selama 8 jam,pemanasan denan suhu rendah bertujuan untuk membantu proses hidrolisa,bila suhu terlalu tinggi akan menyebabkan inti menjadi hangus. Dengan adanya pemanasan diharapkan kadar air yang terkandung dalam inti menjadi rendah yaitu dari 15 % menjadi 6-7%.
e.Pemecahan Biji di Nut Creaker
Nut Creakar merupakan alat sentrifuge yang mempuyai motor yang berputar dengan kecepatan tinggi yaitu 1445 Rpm. Biji – biji yang masuk kedalam rotor akan berputar dan terbanting keras ke dinding creacker, akibatnya biji menjadi pecah dan inti akan lepas dari cangkangnya, kemudian inti dan cangkangnya akan ke creacked misature conveyor yang akan dimasukkan ke phenoumetic separator untuk pemisah inti dan cangkang.
f. pemisahan inti dan cangkang (phenoumetic separator)
Hasil dari nut creacker dibawa oleh creacker conveyor untuk dipindahkan ke creacker elevator untuk masuk ke pemisah inti dengan cangkang. Disini massa yang lebih berat yaitu inti akan jatuh ke panel conveyor untuk masuk ke kernel sillo, sedangkan cangkang yang massanya lebih ringan akan terhisap oleh blower keatas untuk ditampung ke shell untuk dijadikan bahan bakar.
g. pengeringan inti
Pengeringan inti pada PMS Rimba Blian ada 2 buah dan alat ini berfungsi untuk mengeringkan inti dengan cara mengalirkan uap panas.
Pengeringan ini dilakukan sama halnya dengan nut sillo yang dilakukan secara bertingkat pada suhu 500C – 700C denganmenggunakan steam sebagai bahan dalam membantu proses pengeringan, dimana pengeringan dilakukan selama 6 – 8 jam, kemudian inti masuk kebagian bawah yang berbentuk piramida terbalik dan turun ke kernel conveyor kemudian masuk ke kernel elevator kemudian masuk ke kernel bunker menuju penimbunan.
h. penimbunan inti
Setelah proses pengeringan kemudian kernel dikeluarkan melalui shake movement agar inti keluar secara beraturan menuju ke kernel conveyor untuk dibawa ke tempat penimbunan inti. Inti yang telah ada di penimbunan selanjutnya diayak untuk memisahkan kernel dengan inti yang masih tertutup cangkang. Inti yang masih tertutup cangkangnya di pheneoumatic separator yang dimasukkan melalui creacker mixture conveyor dan inti ini juga dimasukkan ke dalam karung guna untuk memudahkan pada proses penyimpanan dan pengangkutan nantinya.



3.4. mesin dan peralatan
Tabel 3 mesin dan peralatan
no Stasiun Kapasitas/
Kecepatan Jumlah Fungsi
1 Penerimaan buah
a. Penimbangan buah
b. Loading ramp
c. Lori
d. Sterilizer
40 ton
20 ton
3,5 ton/lori
25 ton/sterilizer
1 buah
20 buah
30 buah
2 buah
Untuk menimbun buah
Penampungan sementara
Membawa TBS ke sterillizer
Untuk merebus buah
2 Penebah
a. Hoisting crane

b. Hopper

c. Autofeeder

d. Drume threser
5 ton / unit

7,5 ton / unit



35 ton TBS / unit
2 buah

3 buah

3 buah

3 buah

Mengangkat buah dalam lori ke stripper
Untuk menampung buah yang telah direbus
Mengetur meluncurkan buah masuk ke threser
Melepaskan buah dari janjangnya dengan cara membanting
3 Pengempaan
a. Fruit elevator

b. Digester


c. Screw press
35 ton TBS / jam



10-12 ton TBS / jam
1 buah




2 buah




Mengangkat buah setelah ditebah ke digester
Melumatkan brondolan yang telah dirontokkan sehinggadapat di ekstraksi

Mengambil minyak dari massa adukan buah dari digester


4

Klarifikasi
a. Vibrating screen
b. Continous settling tank
c. Pure oil tank

d. Sludge oil tank

e. Oil purifire

f. Vacuum dryer

g. Oil storage tank


30 ton/TBS






4500 lt/jam

9-10 ton/jam

1750 ton/unit


8 buah
2 buah

2 buah

6 buah

6 buah



3 buah


Memisahkan minyak dari kotoran
Memisahkan minyak murni dan sludge

Untuk menampung crude oil dari CST

Menampung sludge yang di pisahkan dari CST
Pemisahan lebih lanjut minyak mentah yang terkumpul (pemurnian minyak) mengurangi kadar air pada minyak

Penampungan CPO hasil olahan

I. stasiun pembangkit tenaga (power plant station)
Pada PMS Rimba Belian terdapat tiga unit ketel uap (boiler) dimana dua unit ketel uap masih digunakan sebagai tenaga untuk proses pengolahan dan sebagai pengerak turbin, sedangkan I unitnya digunakan sebagai cadangan bila salah satu dari dua unit ketel uap yang digunakan rusak.
Bahan bakar utama ketel uap itu sendiri adalah untuk menghasilkan uap, untuk menggerakan turbin,keperluan uap untuk sterilisasi dan sumber panas pada proses pengolahan . Kapasitas ketel uap untuk setiap unit yang ada pada PMS Rimba Belian yaitu 20 ton uap/jam , dengan suhu 260 o C , serta tekanan kerjanya 20 kg/cm2 dan pompa minyaknya 2,5 ampere.
Pada stasiun ini bermanfaat untuk kebutuhan pabrik yaitu untuk proses pengolahan dan untuk kebutuhan listrik domestik (perubahan karyawan/PKS). Pada stasiun ini memiliki beberapa unit yaitu :

a. Diesel Generator
Diesel generator sebagai pembangkit tenaga listrik pada saat turbin uap tidak berkerja atau terjadi penurunan pada tenaga turbin . Hal ini di atas dapat terjadi apabila pada saat pabrik sedang tidak mengolah. Pada PMS Rimba Belian terdapat 2 unit mesin diesel yang setiap unit memiliki tenaga ½ mega watt. Mesin diesel digunakan apabila turbin tidak berkerja atau belum beroperasi secara optimal.

b. Turbin Uap ( BOILER )
Turbin uap berfungsi sebagai penbangkit tenaga listrik yang di butuhkan pada saat produksi dan domestik dengan mengunakan uap steam kering yang berasal dari ketel uap.Turbin uap memiliki tekanan 1000 rpm, dengan tenaga 400 – 500 volt. Turbin uap memiliki tekanan uap normal (uap masuk) sebasar 20 kg/cm2.Di PMS Rimba Belian memiliki 3 unit turbin uap yang dilengkapi dengan generator , dengan tekanan yang biasa digunakan (uap masuk) sebesar 14 kg/cm2 sedangkan untuk (uap keluar) sebesar 1 – 5 kg/cm2.

II. Stasiun Pengolahan Air
Pada stasiun ini berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan garam – garam maupun kotoran dan gas – gas yang terlarut ataupun yang tidak terlarut yang terkandung dalan air sehingga memenuhi persyratan yang di gunakan untuk proses maupun untuk kebutuhan karyawan.
Proses pengolahan air meliputi :
a. Penjernihan Air
Penjernihan air dilakukan untuk menghilangkan padatan tersuspensi yang menyebabkan kekurangan air .
Untuk pengolahan air bersih tersebut dapat dilihat dengan skema,sebagai berikut :



















Pengolahan air di PMS Rimba Belian berasal dari air kapuas yang dipompa untuk dimasukan ke raw water basin (kapasitas 1000 m3) yang didalamnya terdapat tawas (50 kg / 12 jam), kemudian dipompa menuju ke raw water tower dengan kapasitas 96 m3, lalu dipompa lagi ke hydroone darifier yang barkapasitas 82,5 km3. Setelah itu air dialirkan ke clarified water basin dengan kapasitas 27,5 km2. Di dalam sand filter terdapat pasir dan batu yang berfungsi sebagai saringan. Kemudian air dialirkan lagi menuju ke filter water tower ( kapasitas 40 km3). Air yang sudah melawati proses pengolahan digunakan sebagai air minum , air pengolahan untuk pabrik , air untuk sirkulasi diesel, air untuk kation anion dan air untuk kebutuhan diperumahan karyawan.

b.Pengolahan Air Umpan ketel
Pengolahan air umpan untuk menghilangkan atau mengurangi akan kemungkinan adanya zat- zat yang dapat menyebkan permasalahan di dalam ketel uap karena mutu air umpan yang tidak memenuhi persyaratan.

3.5. Pengawasan Mutu
Minyak kelapa sawit mempunyai peranan yang cukup penting dalam industri pangan . Dalam masalah mutu atau kualitas sangat diperhatikan karena akan berhubungan dengan harga jualnya.Pengawasan mutu bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi yang bermutu baik dan memiliki kualitas yang baik pula dengan standar ditetapakan, agar dapat diterima oleh konsumen sesuai dengan harga jualnya. Pengawasan mutu minyak dan inti kelapa sawit dapat dilakukan pada setiap proses pengolahan dengan memperhatikan setiap stasiun – stasiun pengolahan,ini dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4 Pengawasan Mutu Pada Stasiun
No Stasiun Hal-hal yang perlu diperhatian
1





2


3



4





5






6


7

Penerimaan Buah
a. Jembatan penimbangan

b. Sortasi


Perebusan


penebahan



pengempaan





Pemurnian minyak






Pengolahan biji


penimbuanan



- Sebelum dilakukan penimbangan
Indikator digital dalam keadaan “of”
- Sortasi dilakukan pad setiap truk yang masuk dengan menggolongkan fraksi dari 00 sampai fraksi 5
- Tekanan kerja harus mencapai 2,8 - 3,6 kg/cm2 dan pembuangan air kondensat harus betul- betul memperhatikan agar buah tidak basah
- Tandan yang telah direbus, yang dimasukkan kedalam drum sedapat mungkin dalam jumlah yang konstan sehingga pemisahan brondolan berjalan dengan baik.
- Pada waktu operasi screw press sedapat mungkin digester dalam keadaan penuh, masa harus panas (950c) dan waktu tinggal yang cukup(20 –25menit). Penambahan air panas sebagai pengencer diatur sedemikian rupa sehingga kadar air dlam minyak maksimum 30 %.
- Mutu yang terbaik untuk mendapatkan lapisan minyak yang murni adalah 4 – 5 jam, dan sebelum minyak dari oil tank dialirkan kedalam alat ini dipastikan terlebih dahulu air dinut water tank telah panas dengan suhu minimal 850c agar memudahkan pengenceran.

- Daya isap di blower harus diatur agar serabut dan biji dapat terpisah dengan baik dan harus selalu menjaga suhu pengeringan bji 800c.
- Temperaur CPO harus dijaga antara 50 – 600c dan bebas dari karat.


• Pemeriksaan Mutu CPO (Crude Palm Oil) dan kernel
Di PMS Rimba Belian untuk menganalisa mutu dari minyak mentah (CPO) dan kernel dilakukan dengan pengujian kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran dengan perhitungan Thermogravimetri sedangkan untuk kernel dilakukan uji inti berubah warna, dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pengujian Kadar ALB (Asam Lemak Bebas)
Asam lemak bebas terbentuk karena terjadinya proses hidrolisis dan oksidasi minyak untuk perhitungan kadar ALB untuk CPO dan kernel mengunakan prinsip yang sama, namun untuk CPO BM asam lemak bebasnya mengunakan 256 sedangkan untuk intinya (kernel) mengunakan 20,0. Prinsip ALB diukur dengan cara titrasi mengunakan alkali dalam larutan alkohol. Pengujian ALB dapat dilakukan dengan rumus :
% ALB =

Pengujian Kadar Air
Air dalam minyak hanya ada dalam jumlah kecil . Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu penbuatan dan akibat pelakuan pengolahan dipabrik serta penimbunan. Untuk perhitungan kadar air untuk CPO dan kernel mengunakan prinsip yang sama. Prinsip air di tentukan dengan cara penguapan alat pengeringan.Pengujian kadar air dapat dilakukan dengan rumus:

% Kadar Air =.

b. Pengujian Kadar Kotoran
Kotoran yang terdapat dalam minyak ini adalah kotoran yang tidak dapat larut dalam petroleum ether. Kotoran yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara menimbang residu kering setelah dipiahkan dari contoh dengan mengunakan pelarut .

% Kadar Kotoran =

Sedangkan untuk kadar pada inti sawit terdiri dari cangkang, sampah cangkang gabungan dan biji setengah pecah yang dipisahkan dari intinya terlebih dahulu.Prinsip untuk menghitung kadar kotoran pada inti dengan rumus sebagai berikut:
% Kadar kotoran = % noten utuh + % noten pecah + % cangkang
Untuk pemakaian hasil yang telah dianalisa dapat dilaporkan kepada kepala laboratorium untuk diketahui oleh pimpinan sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap proses pengolahan yang dilakukan dipabrik.

3.6. Sanatasi dan Pengolahan Limbah
1. Sanitasi
Sanitasi merupakan suatu hidup dan tindakan aseptic dan bersih baik itu terhadap benda maupun manusia yang terjadi secara langsung dan tidak langsung. Untuk program sanitasi di PMS Rimba Belian dilakukan setiap harinya yang dilakukan setelah pemakian alat tersebut , dimana setiap berhenti beroperasi maka mesin tersebut harus di bersihkan dan dilakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan . Fasilitas sanitasi berupa sepatu bot, sarung tangan dan sapu.

2. Limbah dan cara penangananya
Pengolahan Sludge
a. Sludge Tank (Tangki Lumpur)
Sludge yang keluar dari CST dialirkan ke sludge tank dan harus diolah untuk mengutip minyak yang msih terdapat didalamya, dan disisni sludge akan mengalami pemanasan oleh uap steam dengan suhu 980 o C, selanjutnya sludge dialirkan ke self cleaning yang memiliki saringan sampah dan sifat baja yang terus berputar untuk membersihkan saringan sampah,sehingga sampah dan kotoran akan masuk, ke dalam decanter.
b. Decantar (pemisah lumpur)
Sludge yang keluar dari sludge tank dipompa masuk ke dispatch tank. Pada sludge ini lumpur diendapkan , sehingga lumpur yang lebih berat akan mengendap sedangkan sludge yang lebih ringan akan keatas dan kemudian akan dialirkan ke decanter. Fungsi dari decantar adalah untuk memisahkan minyak dengan air, sludge dan non solid yang mempuyai berat jenis yang lebih besar digunakan membantu dalam pemisahan dengan suhu 80o C.

c. Fat Pit ( Pengutipan Minyak )
Fat Pit berfungsi untuk menampung cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat rebusan dan parit klarifikasi. Bak Fit Pit mempuyai empat bagian, dimana pada bak keempat diusahakan minyak telah terkumpul banyak dan minyak itu semdiri termasuk dari Deoling Pond. Minyak dari bak ini dipompa ke dalam Oil Tank untuk diolah kembali.
Dari proses pengutipan minyak terdapat limbah yaitu sludge yang merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil. Adapun unit pengolahan limbah yang terapat di PMS Rimba Belian.
A.Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan air limbah yaitu pengolaha limbah yang dihasilkan dari pabrik masih belum memenuhi standar persyratan yang telah ditetapkan. Air limbah ini berasal dari berasl dari proses pengolahan CPO dan Kernel sehingga perlu penanganan yang serius untuk tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan.
Air limbah yang telah dialirkan kekolam limbah akan dilanjutkan ke bak fat pit yang berfungsi untuk mengutip minyak yang dilanjutkan dan pompa ke stasiun klasifikasi minyak untuk di olah lebih lanjut, sedangkan kotoran dan lumpur akan di alirkan ke kolam pendingin (Deoiling Pond).


• Deoiling Pond (Kolam Pendingin)
Limbah yang berupa lumpur berasal dari Fat Pit disalurkan melalui parit untuk menuju ke kolam deoiling pond yang tujuanya untuk mendinginkan suhu limbah dari 70o C menjadi 40-45o C, sehingga bakteri yang digunakan dapat hidup untuk menghidrolisa limbah. Kolam pendingin di PMS Rimba Belian terdapat dua buah yaitu Deoiling pond dengan kapasitas 4.325 M3 dan kedalamnya 3,5 m dan kolam yang kedua Acinification Pond dengan kapasitas 814 m2 dan kedalaman 3,5 m.

• Prymarian Pond I
Dari kolam pendingin limbah dialirkan ke kolam Prymarian Pond I untuk membiarkan bakteri anaerobic yang berkerja di dalamya. Pada koam ini limbah harus memiliki PH antara 6,5 – 6,8 agar bakteri dapat berkembangbiak dengan sempurna. Apabia terjadi penurunan PH maka ditambahkan kapur tohor pada kolam. Kolam ini mempuyai kedalaman 5,5 m dengan kapasitas 25.101,2 m3.

• Prymarian Pond II
Kolam ini merupakan kolam lanjutan darii Prymarian Pond I yang bertujuan untuk lebih mengaktifkan bakteri sehingga dapt menghidrolisa limbah, maka limbah akan dipompa untuk disirkulasi ulang secara terus menerus ke kolam Prymarian Pond I. Kolam Prymarian Pond II ini memiliki kedalaman dan kapasitas yang sama dengan kolam Prymarian Pond I. Kolam ini memiliki suhu yang harus dijaga antara 35o C dan Ph 6,9-7,2.

• Secondaryan Pond
Kolam ini berguna untuk menyempurnakan aktifitas bakteri, maka dari itu Ph dinaikan sampai 7,7 dan suhu diturunkan menjadi 32o C. Kolam ini memiliki kapasitas 25.101.2 m3 dengan kedalaman 5,5 M.



• Facultativ Pond
Limbah dari kolam sedondaryan Pond dialirkan ke kolam Fakultativ Pond.
Di kolam ini bakteri anaerobik dengan bakteri aerobik dicampur dengan bahan - bahan organic yang tidak dapat dihidrolisa oleh kolam anaerobic secara biologis akan dirombak pada kolam aerobic dengan bantuan oksigen ( O2 ), kolam ini berkapasitas 14.385.2 m2 dengan kedalaman 2,5 M.

• Algae Pond
Limbah cair yang berasal dari kolam Fakultatif dimasukan ke dalam kolam algae pond untuk mengembangbiakan algae yang berguna sebagai indikator bahwa limbah tersebut telah dihidrolisa dan tiak mencemari lingkungan. Proses pengolahan limbah cair yang terakhir pada kolam ini yang selanjutnya akan dialirkan ke sungai dengan cara over flow dengan suhu antara 28 o C. Di PMS Rimba Belian memiliki dua buah kolam Algae yaitu kolam Algae Pond I mempuyai kedalaman 2 m dengan kapasitas 9.584,1 m3, sedangkan kolam Algae Pond II mempunyai kedalaman 2 m dengan kapasitas 8.892,5 M3. Limbah yang telah melewati proses pengolahan sebelum dibuang ke sungai diharapkan memenuhi standar mutu.
Tabel 5 Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Minyak Sawit
No Parameter Satuan Kisaran
1.
2
3
4
5
6
7 BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
NH3 – N
PH
Debit Limbah Maksimum Mg/lt
Mg/lt
Mg /1t
Mg/1t
Mg/1t
Mg/1t
Mg/1t Maksimum 250
Maksimum 500
Maksimum 300
Maksimum 30
Maksimum 20
6-9
6 M3/ton produksi


Pengujian terhadap limbah di PMS Rimba Belian dilakukan oleh LPP industri Pontianak setiap satu bulan sekali.

B. Pengolahan limbah padat
Di PMS Rimba Belian juga menghasilkan limbah padat yang berupa tandan kosong, ampas dan cangkang dari pengolahan CPO dan inti.Limbah berupa tandan kosong langsung ditebar di kebun sekitar PMS yang berguna sebagai pupuk dab mulsa,sedangkan ampas dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar ketel uap untuk menghasilkan tenaga pada proses pengolahan.
Di PMS Rimba Belian tankos yang dihasilkan antara 23% dari tandan buah segar, sedamgkan ampasnya sekitar 12% dan untuk cangkang 6% yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ketel uap.

3.7. Material Balance proses produksi
Material balance adalah neraca keseimbangan bahan olah produksi. Adapun diagram alir proses material balance, sebagai berikut :



BAB IV
SISTEM PEMASARAN





Tandan Buah Segar ( TBS ) yang akan diolah dinyatakan dalam kondisi 100%. Kemudian buah melewati tahapan perebusan seingga terdapat lossis yang diuapkan sebanyak 10 %. Setelah direbus pada stasiun sterillizer kemudian buah memasuki tahapan pemisahan antara janjang dan buah pada stasiun thresher, sehingga diperoleh 67% buah dan 23% empty bunch (tandan kosong) dan 0,5% bunch ush (debu tandan).
Tandan kosong tidak diolah dan langsung dibuang ke sekitar kebun sawit untuk dijadikan pupuk bagi tanaman sawit itu sendiri.
Buah sawit yang telah terpisah dengan tandannya kemudian memasuki tahapan pelumatan pada stasiun digester, kemudian dilanjutkan pada tahapan pengepresan dengan tujuan mengekstraksi minyak pada stasiun screw press. Dari stasiun screw press ini kemudian diperoleh pericarp (serabut luar)13% dan nuts (biji berlapis serabut halus dan cangkang biji) 11%. Kemudian pericarp dan nuts dibawa oleh CBC (Cake Breacker Conveyor) menuju ke polysing drum. Pada polysing drum, nuts ditampi sehingga terpisah dari pericrap, kemudian nuts memasuki tahapan pengeringan pada stasiun pengering biji dan dilanjutkan ke pemecahan biji pada mesin ripple mill. Sedangkan pericrap dihisap oleh fibre syclone dan dibawa ketempat penampungan pericrap. Pada fibre syclone dipisahkan antara dry fibre fuel (serat kering dan halus) 11% dan water evaporation (air yang diuapkan) 2%.
Setelah nuts (biji berselaput cangkang biji dan serabut) dipecah diripple mill kemudian diperoleh cracksheel (kumpulan biji pecah, cangkang biji, serabut, notten dan kernel). Kernel 4% dipisahkan dari biji pecah, cangkang biji, serabut dan notten pada stasiun pemisahan yaitu stasiun clay bath. Pemisahan kernel ini dilakukan berdasarkan perbedaan bobot jenis. Kemudian kernel dibawa menuju kernel silo dengan menggunakan sheel transport. Pada kernel silo, kernel dikeringkan lagi dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Setelah dikeringkan kemudian kernel ditampung pada penampungan kernel.
Kumpulan biji pecah, cangkang biji, serabut dan notten yang terpisahkan dari kernel dikeringkan kembali dan kemudian diolah lagi melaui tahapan penampian pada stasiun polysing drum dan dilanjutkan ketahapan – tahapan berikutnya hingga diperoleh kernel. Shell yang diperoleh dari proses tersebut 6%.
Buah sawit yang telah terlepas dari tandannya kemudian dilumatkan pada stasiun digester dan dipress pada stasiun screw press sehingga diperoleh minyak 43%. Minyak tersebut memasuki tahapan klarifikasi sehingga diperoleh minyak 22% dan disimpan pada tangki timbun. Pada tahapan klarifikasi terdapat air yang diuapkan 17% dan padatan yang terdapat pada ayakan getar 4%.
Data material balance yang diperoleh di PTPN XIII PMS RIMBA BELIAN adalah sebagai berikut :
Tabel 6 data material balance
NO TANGGAL JUMLAH TBS
(Kg) JUMLAH CPO
(Kg) KERNEL
(Kg)
1 21 Januari 2009 427.530 94.057 17.101
2 22 Januari 2009 393.640 86.601 15.746
3 23 Januari 2009 431.190 94.862 17.248
4 24 Januari 2009 317.070 69.755 12.683
5 25 Januari 2009 66.750 14.685 2.670
6 26 Januari 2009 256.080 56.338 10.243
7 27 Januari 2009 573.900 126.258 22.956
8 28 Januari 2009 478.300 105.226 19.132
9 29 Januari 2009 286.000 62.920 11.440
10 30 Januari 2009 392.820 86.420 15.713
‘11 31 Januari 2009 441.660 97.165 17.666
12 1 Februari 2009 123.960 27.271 4.958
13 2 Februari 2009 633.400 139.348 25.336
14 3 Februari 2009 598.120 131.586 23.925
15 4 Februari 2009 405.420 89.192 16.217
16 5 Februari 2009 525.640 115.641 21.026
17 6 Februari 2009 541.540 119.139 21.662
18 7 Februari 2009 627.660 138.085 25.106
19 8 Februari 2009 168.110 36.984 6.724
20 9 Februari 2009 641.550 141.141 25.662
21 10 Februari 2009 587.490 129.248 23.500
22 11 Februari 2009 596.660 131.265 23.866
23 12 Februari 2009 645.350 141.977 25.814
24 13 Februari 2009 596.150 131.153 23.846
Jumlah 10.755.990 2.366.317 430.240
Rata – rata 448.166,25 98.596,54 17.926,67



BAB IV
SISTEM PEMASARAN

4.1 Spesifikasi Produk
Di PMS Rimba Belian menghasilkan produk berupa CPO dan Kernel sawit. Minyak mentah tersebut memilki standar yang diketahui dengan cara pengujian di laboratorium. Untuk inti sawit juga dilakukan berbagai pengujian agar dapat menentukan kualitasnya.
Tabel 7 Pedoman Mutu Inti Sawit di PMS Rimba Belian.
Parameter Persyaratan
Kadar air
Kadar Kotoran
Kernel Pecah
Kernel Berubah Warna
ALB Minyak Kernel Maksimum 7 %
Maksimum 6 %
Maksimum 15 %
Maksimum 40 %
Maksimum 3,5 %


Tabel 8 Pedoman Mutu CPO di PMS Rimba Belian
Parametar Persyaratan
Asam Lemak Bebas (ALB)
Kadar Air
Kadar Kotoran
Bilangan Piroksida
Fe(besi)
Cu (Tembaga) Maksimum 3,5 %
Maksimum 0,15 %
Maksimum 0,02 %
Maksimum 5 Meq
Maksimum 5 ppm
Maksimum 0,3 ppm

4.2 Pemasaran Produk
Proses pemasaran untuk CPO dan inti sawit dilakukan apabila ada permintaan dari pihak konsumen, salah satu konsumen pembeli CPO adalah perusahaan minyak goreng FILMA. Di PMS Rimba Belian para konsumen akan melakukan pengujian di laboratorium terlebih dahulu untuk menentukan kualitas produk. Untuk pengiriman minyak mentah (CPO) ini mengunakan tongkang atau ponton dengan melalui pipa yang dialirkan dari tangki timbun keponton yang jaraknya lebih kurang 1 kilometer dari pabrik.sedangkan inti sawit dikirim ke Pontianak untuk dijual kepada konsumen.















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh serta dari hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
 Secara umum, tahapan dalam proses pengolahan buah kelapa sawit terdiri dari tujuh stasiun tahapan pengolahan yaitu stasiun penerimaan buah, stasiun penebah, stasiun pengempaan, stasiun klarifikasi, stasiun boiler (penghasil uap steam), stasiun pengolahan air (water thretment) dan stasiun pengolahan limbah.
 Jumlah rata – rata pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) per hari adalah 448.166,25 kg, rata – rata jumlah CPO (Crude Palm Oil) yang diperoleh per hari adalah 98.596,54 kg, rata – rata jumlah kernel yang diperoleh per hari adalah 17.926,67 kg.
 Setiap tahapan proses (tahapan pengolahan) yang dilalui kemungkinan besar akan mengalami losses.
 Losses dapat disebabkan oleh kerusakan mesin pada stasiun pengolahan.
 Adanya kendala – kendala yang dihadapi selama proses pengolahan, misalnya kerusakan pada mesin pengolahan. Hal inilah yang menyebabkan proses pengolahan tidak dapat berjalan secara optimal dan efisien.




5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada pihak PTPN XIII PMS Rimba Belian Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau yaitu sebaiknya dalam proses pengolahan Buah Sawit mesin – mesin pengolahan yang digunakan harus diperbaiki secara berkala agar tidak terjadi kendala/hambatan selama berlangsungnya proses produksi.
















DAFTAR PUSTAKA

Aldin, V. Lubis, November 1992. “Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia Marihat – Bandar Kuala”, Pematang Siantar – Sumatera Utara
http://spkskalbar.blogspot.com/2007/06/deklarasi-serikat-petani.html